Kamis 09 Jan 2020 01:37 WIB

Ilmuwan Lukis Pola Zebra pada Sapi, Alasannya?

Pola zebra disebut sebagai metode melindungi hewan ternak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
ekelompok peneliti asal Jepang menggambar pola zebra pada sekumpulan sapi (Ilustrasi zebra sapi)
Foto: Piqsels
ekelompok peneliti asal Jepang menggambar pola zebra pada sekumpulan sapi (Ilustrasi zebra sapi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok peneliti asal Jepang menggambar pola zebra pada sekumpulan sapi. Metode tak biasa ini dinilai cukup efektif untuk melindungi hewan ternak sekaligus menurunkan penggunaan pestisida.

Hingga saat ini, belum ada alasan pasti mengapa zebra memiliki pola garis yang khas pada bagian kulitnya. Namun beberapa teori mengungkapkan bahwa pola garis pada zebra berkaitan dengan termoregulasi, untuk membuat bingung predator, unutk berkomunikasi dengan zebra lain hingga untuk kamuflase.

Dari berbagai teori yang ada, ada satu teori yang telah didukung oleh beberapa percobaan. Teori tersebut mengungkapkan bahwa pola garis hitam dan putih pada zebra berfungsi untuk melindungi zebra dari gigitan serangga.

Sebuah studi pada 2019 telah menunjukkan bahwa kuda yang menggunakan mantel dengan pola garis menarik lebih sedikit lalat dibandingkan kuda yang tidak menggunakan mantel atau kuda dengan mantel tanpa pola garis. Lalat yang menggigit seringkali menjadi kekhawatiran bagi pemilik ternak karena dapat memengaruhi perilaku sapi.

Keberadaan lalat yang menggigit juga membuat sapi-sapi ternak cenderung berkumpul bersama untuk menghindari gigitan yang terus-menerus. Perilaku berkumpul ini dapat meningkatkan tekanan panas dan risiko cedera pada sapi. Di samping itu, keberadaan lalat yang menggigit juga dapat menyebabkan penurunan berat badan dan memberikan pengaruh negatif pada produksi susu.

Oleh karena itu, keberadaan lalat yang menggigit dapat menyebabkan kerugian bagi pemilik ternak. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa serangga yang menggigit menyebabkan industri sapi dan susu merugi lebih dari 2 miliar dolar Amerika per tahun.

Untuk mengetahui apakah pola garis zebra dapat melindungi sapi dari lalat yang menggigit, tim peneliti melakukan sebuah studi lebih lanjut. Studi yang dimuat dalam jurnal PLOS ONE ini menggunakan enam sapi hitam Jepang yang sedang hamil.

Para peneliti membagi sapi-sapi tersebut menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah sapi yang dilukis dengan pola hitam-putih khas zebra. Kelompok kedua adalah sapi yang dilukis hanya dengan garis hitam. Kelompok ketiga adalah kelompok kontrol di mana sapi tidak dilukis sama sekali.

Perlu diketahui, sapi hitam Jepang secara alami memiliki warna tubuh hitam. Oleh karena itu, sapi pada kelompok kedua tidak tampak jauh berbeda dengan sapi pada kelompok kontrol. Namun hal ini tetap dilakukan untuk memastikan bahwa lalat tidak menjauh akibat aroma dari cat yang digunakan.

Hasil penelitin menunjukkan bahwa sapi yang dicat dengan pola garis hitam-putih zebra memiliki lebih sedikit lalat pada kaki dan tubuhnya dibandingkan sapi pada kelompok kedua atau kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol teradapat rata-rata 53 gigitan dalam 30 menit, pada kelompok sapi yang dicat garis hitam terdapat rata-rata 54,4 gigitan, sedangkan pada kelompok sapi yang dicat garis hitam-putih khas zebra hanya ditemukan rata-rata 39,8 gigitan dalam 30 menit.

"Hasil dari studi kami menunjukkan bahwa jumlah gigitan lalat pada sapi yang dilukis hitam-putih secara signifikan lebih rendah dibandingkan sapi berwarna hitam dan sapi dengan lukisan garis hitam," terang peneliti Tomoki Kojima dan tim dalam jurnal PLOS ONE, seperti dilansir Medical News Today, Kamis (9/1).

Tim peneliti menilai hasil studi ini memberikan alternatif baru untuk meredakan serangan lalat pada hewan ternak yang selama ini dilakukan dengan menggunakan pestisida. Alternatif ini dinilai dapat menjadi jalan keluar dari masalah resistensi pestisida di lingkungan.

"(Serangga) seringkali berkembang menjadi resisten terhadap pestisida baru dalam waktu sekitar sedekade setelah pestisida baru diperkenalkan," tutur tim peneliti.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement