Rabu 08 Jan 2020 02:40 WIB

Pria Diperkosa, Sejauh Apa Dampak Kesehatannya?

Pria korban perkosaan berisiko mengalami gangguan kesehatan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Kasus Reynhard Sinaga dimuat di media Inggris. Pria korban perkosaan, seperti mereka yang dimangsa Reynhard, berisiko mengalami gangguan kesehatan.
Foto: Daily miror
Kasus Reynhard Sinaga dimuat di media Inggris. Pria korban perkosaan, seperti mereka yang dimangsa Reynhard, berisiko mengalami gangguan kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Negara Indonesia di Manchester, Inggris, Reynhard Sinaga, menyentak dunia dengan kebejatannya. Dia dijatuhi vonis hukuman seumur hidup setelah terbukti menjadi pelaku perkosaan terhadap pria dengan jumlah korban terbanyak dalam sejarah kriminalitas di Inggris.

Prof dr Ari Fahrial Syam menjelaskan, Reynhard melakukan sodomi terhadap korbannya. Sodomi merupakan perilaku seks menyimpang dengan melakukan penetrasi kelamin pria ke dalam lubang dubur.

Baca Juga

"Orang yang mengalami sodomi secara paksa, selain akan menyebabkan guncangan psikis juga akan berisiko mengalami berbagai penyakit," ungkap Ari yang dokter spesialis penyakit dalam.

Ari mengungkapkan, anal seks dapat berdampak pada saluran cerna bawah seseorang. Anus atau dubur memang tidak dipersiapkan untuk menerima masuknya benda asing dari luar.

"Anus berperan sebagai tempat lewatnya feses atau kotoran, sehingga jelas bahwa anus bisa menjadi sumber infeksi," jelasnya kepada Republika.co.id, Selasa (7/1).

Selain itu, karena anus atau dubur tidak siap untuk menerima masuknya benda dari luar maka jika masuknya benda tersebut dilakukan secara dipaksa dan tanpa diberikan pelumas maka akan menyebabkan dinding anus dan bagian poros usus (rektum) rentan untuk luka. Kondisi luka tersebut akan memudahkan tertularnya berbagai infeksi dari pelaku seks anal.

Risiko terjadi luka akan bertambah banyak jika proses anal seks dilakukan secara dipaksa. Berbagai penyakit infeksi karena hubungan seksual (sexually transmitted disease/STD) mudah ditularkan melalui hubungan seks anal.

"Berbagai penyakit STD tersebut antara lain HIV, herpes simpleks, hepatitis B, hepatitis C dan human papiloma virus (HPV)," ungkap Ari.

Selain itu, infeksi bakteri yang bisa terjadi akibat perkosaan pria antara lain gonorea, klamidia, sifilis, dan shigelosis. Orang dengan infeksi bakteri ini bisa saja mengalami diare yang berdarah dan berlendir, mengalami luka-luka terinfeksi, bahkan timbul bisul dan radang di seputar dubur dan poros usus (rektum).

"Bisa timbul nyeri pada anus dan nyeri bertambah saat buang air besar," kata Ari yang juga konsultan gastroenterologi hepatologi.

Akibat yang paling berbahaya dari anal seks, menurut Ari, adalah kanker anus. Resiko terjadi kanker sama pada semua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Risiko terjadinya kanker anus lebih tinggi pada orang di bawah umur 30 tahun.

"Sejauh ini, saya beberapa kali mendapat kasus kanker anus berumur di bawah 30 tahun dan berhubungan dengan riwayat anal seks," ujarnya Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Dari beberapa literatur yang dibacanya, Ari menyimpulkan perilaku seks menyimpang seperti sodomi biasanya dilakukan terinpirasi dari menonton film porno. Dengan kemudahan mendapatkan film porno melalui internet, kecenderungan anal seks akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

"Anal seks, baik dilakukan secara terpaksa atau maupun suka sama suka, merupakan tindakan seksual berisiko tinggi untuk terjadinya berbagai infeksi baik virus maupun bakteri dan perlukaan pada anus dan organ sekitarnya, termasuk kanker anus," ungkap Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement