REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Turis yang berbondong-bondong ke Museum Louvre di Paris turun menjadi 9,6 juta pada 2019. Museum tersebut berusaha membatasi kepadatan pengunjung. Seperempat tahun sebelumnya jumlah pengunjung mencapai rekor 10,2 juta.
Museum yang paling banyak dikunjungi di dunia ini mengatakan secara aktif membatasi wisatawan di bulan puncak musim panas. “Perubahan nyata adalah Juni, Juli, dan Agustus,” kata Direktur Louvre Jean–Luc Martinez mengatakan ketika sengaja memotong jumlah pengunjung sebanyak 600 ribu orang, seperti dilansir di Malay Mail, Sabtu (4/1).
Dia mengatakan mencoba membatasi jumlah pengunjung sehingga tidak akan lebih dari satu juta per bulan. Untuk melakukan itu, kata Martinez, museum ditutup sepenuhnya selama beberapa hari selama puncak musim panas, ketika Paris juga dilanda gelombang panas.
“Kami adalah satu-satunya lembaga budaya di dunia yang melakukan ini dan kami sangat jelas (memberitahu) orang-orang. Kami melakukan ini karena ingin menyambut mereka lebih baik dan tidak hanya menerima lebih banyak pengunjung,” kata Martinez.
Louvre sejauh ini adalah museum paling banyak dikunjungi di dunia. Sementara museum lainnya, Museum Nasional China di Beijing dengan 8,6 juta pengunjung dan Museum Seni Metropolitan New York yang menarik 7,3 juta orang pada 2018.
Reservasi terlebih dulu adalah wajib jika ingin melihat karya Leonardo da Vinci. Namun, Martinez mengatakan ia tidak ingin memaksa semua pengunjung memesan kunjungan mereka jauh sebelum datang ke Paris.
Sekitar 180 ribu orang memesan tiket mereka untuk melihat karya Leonardo da Vinci pada pekan sebelum dibuka di akhir Oktober. Acara pelelangan juga mendorong angka pengunjung naik 14 persen pada November. Museum sekarang membuat enam bukaan tambahan malam untuk mengatasi permintaan sebelum ditutup pada akhir Februari.
“Pesan yang ingin kami sampaikan hanya dengan membuat reservasi Anda dijamin masuk ke museum dalam waktu 30 menit,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan protes anti pemerintah rompi kuning yang hampir terjadi setiap pekan di Paris selama 2019 tidak banyak berpengaruh pada jumlah wisatawan. Sebanyak 75 persen dari pengunjung Louvre berasal dari luar negeri, paling banyak orang Amerika dan China.
Martinez menambahkan pemogokan mengenai reformasi pensiun yang telah melumpuhkan transportasi umum di Prancis bulan lalu juga tidak memiliki banyak dampak. “Kami berhasil buka setiap hari, meskipun kadang-kadang (jumlahnya) sedikit. Sekitar seperlima dari staf kami belum bisa masuk karena kurangnya kereta, bus dan metro,” katanya.
Martinez juga memuji keberhasilan Museum Louvre baru di Abu Dhabi yang telah menarik lebih dari dua juta pengunjung dalam dua tahun, terutama pengunjung dari India.