Kamis 02 Jan 2020 20:11 WIB

Wayang Boneka yang Populer di Mesir

Selain populer di Indonesia, wayang boneka ternyata juga dikenal di Mesir.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Selain populer di Indonesia, wayang boneka ternyata juga dikenal di Mesir (Ilustrasi wayang boneka yang populer di Mesir)
Foto: Flickr
Selain populer di Indonesia, wayang boneka ternyata juga dikenal di Mesir (Ilustrasi wayang boneka yang populer di Mesir)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain populer di Indonesia, wayang boneka ternyata juga dikenal di Mesir. Adalah El Aragoz, tokoh wayang boneka yang hingga dewasa ini masih eksis dan dicintai rakyat Mesir, meski digempur zaman dan teknologi digital.

Layaknya Cepot, Semar atau tokoh wayang lain, El Aragoz juga dimainkan oleh seorang dalang. Uniknya, tema yang diangkat dalam setiap pertunjukan wayang boneka ini tidak hanya hiburan semata, namun memuat pesan moral, seperti bahaya korupsi, kritik satir atau pesan moral lain yang tetap disampaikan secara jenaka.

Baca Juga

Karenanya, meski mengkritisi dan bercerita tentang korupsi, namun para penonton terutama anak-anak akan tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan El Aragoz.

"Aku jatuh cinta pada Aragoz, dan semua orang benar-benar menyukainya. El Aragoz disukai karena ia mewakili rakyat Mesir," kata Sabry Metawly, anggota komunitas dalang Wamda ketika memainkan El Aragoz, tokoh rakyat Mesir yang paling disayangi itu.

Jenaka, satir, keras kepala dan seringkali vulgar, karakter Aragoz telah lama dipandang sebagai cerminan masyarakat Mesir yang populer. Meski suka mengkritik, namun pendiri Komunitas Wamda, Nabil Bahgat menegaskan bahwa pertunjukan El Agaroz murni kesenian dan tidak atas dasar kepentingan politik manapun.

"Aragoz juga sering mengkritik tindakan para penguasa dan mengampanyekan anti-korupsi di setiap pertunjukan. Tapi itu tidak menargetkan dukungan terhadap golongan politik manapun atau pemimpin saat ini," tegas Nabil Bahgat, dilansir The Star, Kamis (2/1).

El Aragoz yang bersuara melengking, bertopi merah, berkumis tipis dan memakak jubah merah cerah telah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya takbenda pada 2018 lalu.

Komunitas Wamda hanya terdiri dari enam anggota, namun selama hampir satu dekade, mereka mampu menarik audiens setiap pekannya untuk menyaksikan pertunjukan wayang boneka El Aragoz di gedung Beit al-Sehimi di Kairo.

Pada 2003 ketika Bahgat membentuk komunitas Wamda, ia berhasil mengumpulkan 19 sandiwara lisan dan kemudian ditulis untuk diarsipkan. Langkah itu dilakukan sebagai upaya mendokumentasikan naskah, mengingat selama ini semua naskah drama tidak diketahui penulisnya.

Dalam sebuah pertunjukan, El Aragoz sering dimainkan bersama tokoh wayang boneka lain yang menyerupai polisi era Ottoman, tokoh syekh juga penjahat.

Meski pertunjukan wayang boneka masih banyak diminati masyarakat Mesir, namun Bahgat sering merasa khawatir eksistensi dari kebudayaan lokal ini bakal meredup di kemudian hari. Mengingat, jumlah anggota dalang di komunitasnya kian hari kian menyusut lantaran banyak pemuda yang lebih memilih berkarier di dunia hiburan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement