Ahad 29 Dec 2019 07:42 WIB

Program WeCare Edukasi Pentingnya Kesehatan Mental

WeCare menggunakan media sosial sebagai platform utama untuk edukasi kesehatan mental

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Klub kesadaran mental yang dimulai dari Universitas Effat, berubah menjadi sistem pendukung penuh bagi siswa dan masyarakat. Foto: Berdekatan dengan alam membantu kesehatan mental manusia secara positif.
Foto: EPA
Klub kesadaran mental yang dimulai dari Universitas Effat, berubah menjadi sistem pendukung penuh bagi siswa dan masyarakat. Foto: Berdekatan dengan alam membantu kesehatan mental manusia secara positif.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH — Sebuah klub kesadaran mental yang dimulai dari Universitas Effat, berubah menjadi sistem pendukung penuh bagi siswa dan masyarakat. Program WeCare yang mereka cetuskan dimulai sebagai ide untuk terus mendidik masyarakat tentang masalah-masalah penyakit mental, serta melawan stigma di sekitarnya.

Tujuan inisiatif itu adalah menyediakan jaring pengaman bagi individu. Pesannya jelas: Anda tidak harus menderita sendirian dan mengasingkan diri.

Baca Juga

Tim program tersebut menggunakan media sosial sebagai platform utama membantu menyebarkan pesan. Mahasiswi jurusan psikologi semester pertama di Effat, Aya Alzubi menceritakan awal mula bekerja di klub itu untuk “menormalkan” masalah orang, hingga terus bekerja untuk meningkatkan kesadaran.

Alzubi mengatakan grup kesehatan mental itu mengunggah tiga hingga enam kali sepekan di halaman Instagram untuk menangani satu per satu masalah dengan perincian mendalam. Penggagas utama klub kesehatan mental tersebut adalah Ghaliya Zaneb.

“Saya mulai memperhatikan ada sesuatu yang salah dengan saya di semester pertama saya di universitas, saya tidak menyadari bahwa saya bisa sepenuhnya berada di bawah belas kasihan emosi saya sendiri,” kata dia.

Setelah terus menerus mengingatkan pada dirinya untuk tegas dan tegar, Zaneb memutuskan mencari bantuan psikiater. Dia melakukan beberapa kali kunjungan, hingga mendapat diagnosis.

“Itu membuka pintu bagi saya untuk memahami kondisi saya dengan lebih baik,” ujar dia yang memiliki gangguan obsesif kompulsif dan kecemasan.

Pertempuran keraguan diri ternyata juga dialami orang-orang. Awalnya, Zaneb tidak membayangkan kondisinya bisa menjadi masalah, tetapi dia menjadi lemah dan membutuhkan lebih banyak dukungan dalam studinya.

Zaneb menghabiskan sebagian besar semester untuk merekrut anggota yang bersemangat dan masih menemukan cara di mana mereka dapat menyebarkan kesadaran. Dia senang sudah menemukan beberapa orang yang benar-benar bersemangat terus menyebarkan kesadaran kesehatan mental. Kini, klub itu tidak terbatas tembok universitas. Media sosial memainkan peran utama.

“Ini zaman media sosial, kami menggunakannya dengan bijak. Saya sangat berterima kasih dan bangga dengan mereka,” kata dia.

Alzubi menceritakan salah satu tantangan terbesar adalah kelompok itu merupakan klub kecil yang berbasis di universitas. Karena itu, klub tersebut tidak mendapatkan cukup pendanaan untuk menjalani mimpi yang lebih besar.

Para anggota kelompok berharap inisiatif itu bisa membuat perubahan besar-besaran di seluruh Timur Tengah. “Untuk menghilangkan bisikan-bisikan negatif dan ekspresi malu ketika seseorang diketahui menderita penyakit mental,” ujar Alzubi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement