REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Setiap daerah di Indonesia memiliki kuliner yang beragam. Aneka hidangan tradisional tersebut memiliki cita rasa yang khas.
Contohnya, masakan Jawa dominan terasa manis. Sementara itu, masakan Padang dominan gurih.
Hal tersebut ternyata ada kaitannya dengan aspek historis. Menurut sosiolog Universitas Nasional, D. Erna Ermawati Chotim MSi, keberadaan kerajaan mempengaruhi pola kuliner.
Semakin banyak kerajaan, menurut Erna, maka pola kulinernya makin kaya. Ia menjelaskan, di dalam kerajaan memiliki banyak kegiatan, termasuk menerima tamu dan menjamunya dengan kuliner.
Makanan yang disajikan juga berbagai macam. Ada makanan yang disajikan khusus untuk raja.
Namun ada pula makanan yang disajikan untuk kalangan masyarakat. Dari situ terjadi akulturasi melalui makanan.
"Kenapa Bandung kemudian tradisi kulinernya cukup kaya, karena itu kerajaan banyak. Jawa juga seperti itu, tidak hanya manis," ujar Erna usai acara survei The State of Snacking Mondelez International di Sudirman Jakarta, Selasa (3/12).
Erna kemudian mengungkapkan semakin bergeser ke daerah timur Indonesia, kulinernya semakin sederhana. Aspek historis disebutnya memberi pengaruh terhadap ragam makanan tradisional di sana.
"Sebenarnya tidak lepas dari konteks historis. Kalau ke Nusa Tenggara Timur ada abon kuda atau abon ikan misalnya. Itu makin sederhana. Jadi dibangun dari konteks itu " katanya.