Jumat 20 Dec 2019 09:27 WIB

JK Rowling Diserang Komunitas LGBT, Apa Pasal?

JK Rowling diserang komunitas dan pendukung LGBT.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
JK Rowling, penulis Harry Potter, mendapat serangan dari komunitas dan pendukung LGBT akibat mendukung peneliti yang dipecat.
Foto: Time
JK Rowling, penulis Harry Potter, mendapat serangan dari komunitas dan pendukung LGBT akibat mendukung peneliti yang dipecat.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Penulis novel JK Rowling mendapatkan serangan dari komunitas LGBT menyusul pembelaannya terhadap seorang peneliti bernama Maya Forstater yang menyebutkan bahwa sebenarnya seorang pria tidak akan pernah bisa mengubah seks biologis mereka.

Forstater bahkan dikabarkan kehilangan pekerjaannya setelah mengungkapkan hal itu melalui media sosial Twitter. Pembelaan Rowling terhadap Forstater disampaikan melalui akun pribadinya.

Baca Juga

Rowling menegur ‘orang-orang pintar’ yang selama selama ini mengagumi, bahkan memperjuangkan konsep seseorang bisa mengidentifikasi jenis kelamin berbeda dengan apa yang mereka dapatkan saat lahir ke dunia ini. Forstater dipecat karena dituduh menggunakan bahasa ofensif yang menentang proposal untuk mengubah undang-undang tentang pengakuan gender di Inggris.

“Silakan Anda untuk mengenakan ‘pakaian’ sesukanya, sebutlah diri Anda sesukanya, jalani hidup terbaik Anda dalam kedamaian dan keamanan. Namun, memaksa perempuan keluar dari pekerjaannya karena menyatakan bahwa gender itu nyata? #IStandWithMaya #ThisIsNotADrill.” tulis Rowling melalui akun Twitter pribadinya, dilansir Fox News, Jumat (20/12).

Apa yang sebenarnya cicitan Forstater? Dalam unggahannya, ia menuliskan keterkejutannya dengan kenyataan bahwa orang-orang pintar yang dikaguminya selama ini, termasuk mereka yang benar-benar pro sains dan bidang pengetahuan lainnya, bahkan memperjuangkan hak asasi manusia, serta hak-hak perempuan, justru menghindari fakta itu.

Forstater menyebut bahwa para ‘orang-orang pintar’ ini bahkan menghindar untuk mengatakan kebenaran bahwa laki-laki tidak dapat berubah menjadi perempuan hanya karena akan melukai perasaan.

“Apa yang membuat saya sangat terkejut adalah orang-orang pintar yang saya kagumi, yang benar-benar pro sains di bidang lain dan memperjuangkan hak asasi manusia dan hak-hak perempuan mengikat diri mereka sendiri untuk menghindari mengatakan kebenaran bahwa laki-laki tidak dapat berubah menjadi perempuan (karena itu mungkin melukai perasaan pria),” kata Forstater melalui tulisan di akun Twitter.

Pengadilan Ketenagakerjaan di London, Inggris, mengadakan sidang pendahuluan tentang apakah unggahan Forstater dapat dilindungi berdasarkan Undang-undang Kesetaraan. Namun, hakim menolak dan menyimpulkan bahwa peneliti perempuan itu memiliki pandangan absolut mengenai gender dan bisa menciptakan lingkungan yang mengintimidasi dan bermusuhan.

“Saya menyimpulkan dari keseluruhan bukti bahwa Forstater adalah absolut dalam pandangannya tentang jenis kelamin dan itu adalah komponen inti dari keyakinannya bahwa ia akan merujuk pada seseorang dengan jenis kelamin yang ia anggap pantas, bahkan jika itu melanggar martabat mereka dan atau menciptakan lingkungan yang mengintimidasi, bermusuhan, merendahkan, menghina, atau menyinggung. Pendekatan ini tidak layak dihargai dalam masyarakat demokratis,” ujar putusan dari Hakim James Tayler.

Rowling telah mendapatkan reaksi besar di media sosial atas pembelaannya terhadap Forstater. Bahkan, sebuah kelompok hak asasi manusia menegurnya dengan mengatakan bahwa seorang perempuan hasil transgender tetap adalah seorang perempuan, demikian dengan laki-laki.

Sementara itu, banyak pengguna lain dengan cepat memanggil penulis terkenal untuk pandangan yang dianggap bersifat transphobia. Bahkan, Rowling disebut seorang perempuan yang sombong karena memiliki sikap serta prasangka-prasangka dan menyalaraskan dirinya dengan ideologi antisains yang menyangkal kemanusiaan dasar kaum transgender.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement