Selasa 17 Dec 2019 01:27 WIB

Panasnya Perang Daging Palsu Versus Daging Imitasi

Impossible Foods produksi daging burger dari gandum, kentang dan minyak kelapa.

Daging
Foto: Antara
Daging

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum milenial banyak yang mengonsumsi burger nabati. Hal itu mendorong produsen daging untuk mempertanyakan manfaat dari daging imitasi tersebut. Untuk itu, industri daging telah membuat peringatan terhadap daging nabati.

“Waspada daging nabati” merupakan kampanye pemasaran oleh Center for Consumer Freedom (CCF), sebuah lembaga hubungan masyarakat yang pendukung keuangannya termasuk produsen daging dan lainnya dalam industri makanan. Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok ini telah menempatkan iklan satu halaman penuh di The New York Times dan surat kabar lainnya.

Mereka mengkhawatirkan tentang pengganti daging asli seperti Impossible Burger dan Beyond Burger yang dirancang untuk terlihat, terasa, dan bahkan tampak berdarah seperti daging asli. Iklan menyebutnya “imitasi ultra-proses” dengan campuran banyak bahan.

“Apa yang disembunyikan di dalam daging nabati Anda?” iklan yang menampilkan ilustrasi dua roti dan sosis yang berwajah sedih itu. Adapun iklan lain mengarahkan pembaca ke situs yang membandingkan burger nabati dengan makanan anjing.

Pada November, Will Coggin, menulis sebuah opini di USA Today yang menyebut daging palsu sebagai makanan ultra-olahan. Direktur pelaksana CCF ini mengklaim daging imitasi dapat memacu kenaikan berat badan, meskipun penelitian tentang makanan olahan belum termasuk daging nabati.

Beberapa hari kemudian, giliran Rick Berman yang mengkritik lewat tulisan opininya di The Wall Street Journal. Direktur Eksekutif CCF ini mengkritik daging nabati tidak lebih sehat daripada daging asli. Judul jurnalnya ialah “Plant-Based Meat’ Is All Hat and No Cattle.”

Daging Nabati

Impossible Foods, yang membuat burger nabati popular, mengatakan kampanye itu menyesatkan dan membuat takut masyarakat. Impossible Foods memiliki produk andalan berupa Impossible Burger. Yakni, daging burger yang terbuat dari gandum, kentang dan minyak kelapa.

Impossible Foods mengatakan alternatif daging nabati lebih baik untuk konsumen dan lebih baik untuk planet ini. Karena, daging nabati membutuhkan lebih sedikit tanah dan air. Daging imitasi juga menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca daripada daging sapi asli.

‘’Kampanye disinformasi baru,’’ sebut Impossible Foods.

Impossible Foods menyakini kampanye CCF adalah tanda bahwa misi Impossible Foods telah mengganggu industri daging. ‘’Merupakan suatu kebanggaan memiliki organisasi yang datang setelah kita.’’ kata Pat Brown, kepala eksekutif Impossible Foods. "Sulit membayangkan dukungan yang lebih kuat."

CFC tidak menanggapi permintaan untuk wawancara. “Perusahaan riset pasar NPD Group mengatakan bahwa 90 persen pelanggan burger nabati adalah pemakan daging yang percaya produknya lebih sehat dan lebih baik bagi lingkungan,” kata Darren Seifer, seorang analis di NPD, yang baru-baru ini memperkirakan bahwa daging nabati akan memiliki kekuatan bertahan karena mereka akrab dengan milenial.

"Dua merek besar, Beyond Meat dan Impossible Foods, telah mereplikasi burger asli tanpa harus mengorbankan rasa burger," kata Seifer.

"Jadi sekarang banyak konsumen merasa memiliki pilihan yang lebih sehat,’’ katanya. ‘’Mereka mengurangi jumlah daging yang mereka konsumsi dan mereka merasa lebih baik tentang itu.’’

Daging Asli Vs Daging Nabati

Tetapi apakah daging nabati benar-benar lebih baik untuk Anda daripada daging asli? “Itu tergantung pada bagaimana Anda memakannya,” kata Dr. Frank Hu, kepala departemen nutrisi di Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Harvard, seperti dikutip Thehealthy.

“Mengganti hamburger dengan daging nabati bukan perbaikan kualitas diet jika Anda masih juga mengonsumsi kentang goreng dan soda yang sarat gula,” tambah Dr. Hu.

Dr. Hu mengatakan, studi yang membandingkan efek metabolisme dari makan daging sapi versus daging nabati sedang dilakukan. Sementara itu, untuk mengganti daging sebagai makanan transisi, Anda hanya perlu menerapkan pola makan yang lebih sehat.

Pada bulan Agustus, Dr. Hu bersama sekelompok ahli kesehatan dan iklim menerbitkan laporan. Isinya mengeksplorasi apakah daging nabati dapat menjadi bagian dari diet rendah karbo yang sehat.

Studi menunjukkan lebih sehat mengganti konsumsi daging asli dengan kacang-kacangan dan makanan nabati lainnya. Makanan nabati diyakini dapat menurunkan angka kematian dan risiko penyakit kronis. “Tetapi, bukan berarti daging yang terbuat dari olahan kedelai atau protein kacang murni akan memiliki manfaat kesehatan yang sama,” kata Dr. Hu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement