REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar reptil Dr Amir Hamidy mengungkapkan beberapa cara untuk mencegah agar ular kobra tidak memasuki lingkungan rumah. Salah satunya dengan cara sederhana, yaitu rajin membersihkan rumah dan mengepel lantai.
"Pencegahannya adalah buat rumah setidak nyaman mungkin untuk ular. Yang harus dilakukan pertama yaitu rajin dipel, setiap pagi harus dipel, karena pembersih lantai itu ada wangi menyengat yang sangat tidak disukai oleh ular. Kapur barus juga tidak disukai oleh ular," kata peneliti herpetologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (11/12).
Selanjutnya, kata Amir, tindakan pencegahan berikutnya menyingkirkan barang-barang tidak digunakan lagi yang membentuk tumpukan-tumpukan. Tumpukan kardus, kertas, batu dan genting, yang berada di sekitar rumah merupakan habitat yang disukai oleh ular untuk meletakkan telur-telurnya.
Langkah ketiga yang bisa diambil untuk mencegah ular untuk menjadikan rumah sebagai habitatnya adalah menyingkirkan sisa makanan yang ada di dapur setiap harinya. Hal itu perlu dilakukan karena sampah organik yang menumpuk akan mengundang tikus yang merupakan mangsa alami bagi ular kobra.
Menurut dia tindakan pencegahan tersebut perlu dilakukan karena kobra, yang bisa tinggal di habitat yang dekat dengan aktivitas manusia, adalah jenis ular berbisa yang dapat membahayakan bagi manusia.
Selain itu, kata doktor dari Universitas Kyoto di Jepang tersebut, ular kobra adalah jenis ular yang bisa menelurkan 10 sampai 20 telur dengan siklus penetasan 2-4 bulan.
Kemunculan ular kobra di beberapa tempat di Indonesia yang menghebohkan masyarakat, kata dia, bukanlah hal mengejutkan. Sebab musim hujan merupakan waktu telur ular menetas dan merupakan siklus tahunan.
Jadi, kata Amir, wajar jika populasi ular kobra meningkat saat musim hujan. Telur ular memerlukan suhu yang lembab untuk menetas dan jika suhu panas, telur akan mengering.
Hal itu diperparah karena di daerah dekat kemunculan kobra di dekat permukiman sudah tidak terdapat predator alami ular yang bisa membantu mengurangi populasinya.
"Dulu predator alaminya itu seperti elang yang merupakan predator alami ular. Kobra itu dimakan sama dia. Tapi kan hewan-hewan itu sudah kita tembak, buru," kata Amir Hamidy.
Sebelumnya beberapa daerah dikejutkan dengan kemunculan belasan hingga puluhan kobra yang berada di sekitar permukiman warga. Kejadian itu terjadi di Jember, Jawa Timur, Cakung di DKI Jakarta dan Citayam di Jawa Barat.