Senin 09 Dec 2019 18:47 WIB

Film Unbaedah Tunjukkan Praktik Korupsi dari Hal Sederhana

Unbaedah jadi film favorit Anti Corruption Film Festival yang digelar KPK.

Rep: MG 03/ Red: Reiny Dwinanda
Unbaedah jadi film terfavorit di Festival Film Antikorupsi 2019.
Foto: MGO3
Unbaedah jadi film terfavorit di Festival Film Antikorupsi 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unbaedah terpilih sebagai film favorit Anti Corruption Film Festival tahun ini. Film fiksi yang disutradarai oleh Iqbal Ariefurrahman dari Yogyakarta ini menceritakan kisah sederhana, tapi sangat dekat dengan keseharian masyarakat.

Unbaedah mengisahkan tentang seorang ibu yang suka mengambil jatah nasi berkat tetangganya. Meski kelakuannya sudah jadi rahasia umum, Baedah tak malu.

Baca Juga

Kebiasaan Baedah terus berlanjut hingga akhirnya terjadilah teror kepada keluarganya. Sebuah keranda masuk ke rumahnya lewat jendela.

Pikiran Baedah kacau. Dia percaya itu seperti karma, sebab nasi berkat terakhir yang diambilnya berasal dari acara tahlilan tetangganya yang baru saja meninggal.

Suasana mencekam sekaligus lucu kental terasa di teater Ciputra Artpreneur saat pemutaran film Anti Corruption Film Festival yang digelar untuk kali kelima pada Ahad (8/12) malam. Penonton bisa sangat kompak teriak ketakutan saat sosok makhluk halus atau bayangan lewat di layar, tapi bisa seketika tertawa saat melihat ekpresi ketakutan dari Baedah dan keluarga.

Kisah Baedah mungkin receh, cuma menambah jatah nasi berkat. Akan tetapi, sekecil apapun itu, saat ada hak orang yang kita ambil, maka kita sudah melakukan korupsi. Kita sering tidak menyadari, tapi mungkin pernah melakukannya.

Melalui film, cerita-cerita dan teguran kecil seperti itu tampak ringan untuk dicerna. Tidak lagi membosankan, tapi sampai ke alam bawah sadar kita bahwa hal seperti itu adalah salah.

Hal ini pun sejalan dengan tujuan KPK mengadakan film festival ini. Giri Suprapdiono selaku Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK mengatakan, bahwa acara malam itu adalah bentuk perjuangan masyarakat untuk terus melawan korupsi. Dia pun meyakini bahwa lewat seni, pesan-pesan dan edukasi anti korupsi dapat lebih mudah dipahami.

"Ketika kejahatan begitu sempurna, ketika kekuasaan begitu menghegemoni,dengan bentuk oligarki dan plutokrasi marak dengan korupsi dan kolusi, seni adalah tempat kembali,” ucapnya dalam sambutan Anti Corruption Film Festival 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement