Jumat 06 Dec 2019 13:03 WIB

Masih Banyak yang Salah Persepsi Soal Sustainable Fashion

Desainer Merdi Sihombing telah mengenalkan sustainable fashion sejak 10 tahun lalu.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Koleksi busana ramah lingkungan Merdi Sihombing yang dipamerkan di Eco Fashion Week 2019 di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (5/12). Merdi telah mengenalkan sustainable fashion sejak 10 tahun lalu.
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Koleksi busana ramah lingkungan Merdi Sihombing yang dipamerkan di Eco Fashion Week 2019 di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (5/12). Merdi telah mengenalkan sustainable fashion sejak 10 tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan belum menjadi tren di Indonesia. Menurut desainer Merdi Sihombing, hingga kini masih banyak pihak yang menganggap konsep eco fashion sebagai suatu hal yang “aneh” dan tidak menguntungkan.

"Ketika mulai mengenalkan sustainable fashion, kami disebut orang aneh," kata Merdi yang juga penggagas Eco Fashion Week Indonesia saat ditemui di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (5/12).

Baca Juga

Merdi sudah dari 10 tahun lalu berbicara tentang konsep fesyen berkelanjutan. Ia mendapati, baru belakangan ini orang melirik tema tersebut.

"Itu pun belum banyak yang bergerak, mereka juga masih panik karena tidak tahu seperti apa menjalankannya,” ujar Merdi

Merdi menjelaskan, secara sederhana, fesyen berkelanjutan adalah suatu gerakan yang menuntut pelaku industri tekstil untuk bertanggung jawab pada lingkungan, budaya, dan juga membentuk sistem kerja yang adil. Meski saat ini sudah ada beberapa desainer yang menerapkan konsep fesyen berkelanjutan, namun Merdi melihat tidak semua desainer paham akan esensi dari konsep itu.

Desainer yang mengadopsi fesyen berkelanjutan merancang busana yang tidak merusak motif kain. Dari awal, mereka membuat kain yang bisa dipotong-potong sesuai kebutuhan sehingga tidak merusak motifnya.

"Itu salah satu esensi dari fesyen berkelanjutan," jelas Merdi.

Ketika melihat fashion show, Merdi mencermati masih ada yang keliru. Kain adatnya  digunting hingga rusak motif aslinya.

"Nah, kami ingin mengedukasi itu,” kata dia.

Merdi pun berharap, Eco Fashion Week Indonesia bisa menjadi ajang edukasi terkait fesyen berkelanjutan. Menurut dia, tidak hanya para pelaku industri tekstil atau desainer saja yang perlu edukasi, konsumen juga perlu. Terlebih selama ini konsumen sudah terlalu dimanjakan dengan fast fashion yang harganya lebih murah.

“Jadi bagaimana masyarakat berpikir ketika ia membeli fesyen, dia berpikir "kalau saya beli ini, ada berapa orang yang dihidupi, terus motifnya apa, cerita dibalik kain ini apa?" Sehingga ketika memakai baju itu, tidak hanya nilai entertainment saja, namun juga nilai budaya dan lingkungannya ada,” kata Merdi.

Eco Fashion Week Indonesia 2019 berlangsung selama tiga hari sejak 5 hingga 7 Desember 2019. Bekerja sama dengan Sarinah dan Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi, Eco Fashion Week Indonesia 2019 mengusung tema Sustanable Green yang bertujuan mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan demi keberlanjutan ekosistem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement