Kamis 05 Dec 2019 01:00 WIB

Vaginismus Dapat Pengaruhi Kualitas Hidup Perempuan

Perempuan sering merasa malu untuk membicarakan masalah vaginismus.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Vagnismus. Perempuan masih malu untuk membicarakan vaginismus, padahal itu dapat memengaruhi kualitas hidupnya. (Ilustrasi)
Foto: Pixabay
Vagnismus. Perempuan masih malu untuk membicarakan vaginismus, padahal itu dapat memengaruhi kualitas hidupnya. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaginismus merupakan suatu kondisi di mana kontraksi otot di sekitar organ intim terjadi secara berlebihan. Perempuan yang mengalaminya dapat merasa nyeri yang sangat mengganggu saat berhubungan intim.

Bila tak ditangani dengan baik, vaginismus dapat mempengaruhi kualitas hidup perempuan. Ironisnya, perempuan sering kali merasa malu atau enggan untuk membicarakan masalah ini baik kepada pasangan, teman, maupun dokter.

Baca Juga

Padahal, vaginismus merupakan sebuah kondisi disfungsi seksual yang sebenarnya dapat diatasi dengan terapi tepat dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi serta psikiater. "Penyebab penyakit ini bersifat multifaktor, sehingga diperlukan kejelian para dokter untuk menanganinya," ujar CEO Bamed Healthcare Group dr Yassin Yanuar MIB SpOG(K) MSc dalam diskusi kesehatan bersama Bamed Women's Clinic, di Jakarta.

Menurut Yassin, vaginismus pada dasarnya merupakan kontraksi otot di sekitar vagina yang tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan. Kontraksi ini terjadi secara terus menerus atau berulang di sepertiga daerah bagian luar vagina.

"Yaitu daerah perineum sampai otot levator ani dan otot pubococcygeus," ungkap spesialis kandungan dan kebidanan dari Bamed Women's Clinic dr Ni Komang Yeni SpOG.

Kontraksi otot berlebihan ini dapat menyebabkan nyeri atau kesulitan saat melakukan hubungan seksual. Tak jarang, kontraksi otot ini bahkan membuat penetrasi tidak dapat dilakukan.

"Dalam kondisi ini, penetrasi akan terasa seperti 'menabrak dinding' dan akan menimbulkan rasa nyeri pada kedua pasangan," ujar Yeni.

Vaginismus secara umum bisa disebabkan oleh faktor organik (fisik) maupun anorganik (psikologis). Secara fisik, vaginismus bisa disebabkan oleh infeksi di area genital, trauma saat melahirkan, atau perlukaan di jalan lahir yang disebabkan oleh trauma lainnya.

Terkait penyebab anorganik, vaginismus bisa disebabkan oleh trauma psikis sebelumnya yang dialami oleh perempuan. Trauma psikis ini bisa berupa kekerasan seksual, rasa kurang percaya diri, atau tidak melakukan hubungan seksual dalam waktu yang lama.

"Merasa nyaman adalah kunci dari keberhasilan berhubungan seksual bagi seorang perempuan normal," tutur Yeni.

Dalam terapi penyembuhan vaginismus, dibutuhkan kolaborasi antara dokter spesialis kandungan dan kebidanan dengan psikiater. Kolaborasi ini akan menghasilkan modalitas terapi yang terarah untuk penderita vaginismus. Beberapa contoh terapi yang dapat dilakukan adalah terapi edukasi, teraoi dilator vagina, serta pelvic physical therapy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement