Selasa 03 Dec 2019 06:37 WIB

Penyakit tidak Menular Tumbuh Pesat di Negara Berkembang

Sebanyak 75 persen kematian di negara berkembang disebabkan Penyakit Tidak Menular.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Penyakit Tidak Menular (ilustrasi)
Foto: science alert
Penyakit Tidak Menular (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa kejadian penyakit tidak menular (PTM) mengalami peningkatan yang lebih cepat di negara berkembang. PTM juga bertanggungjawab atas 75 persen beban kematian di negara berkembang.

Sedangkan di dunia, diperkirakan ada sekitar 40 juta orang yang meninggal akibat PTM per tahunnya. Sebanyak 15 juta di antaranya merupakan orang-orang yang meninggal di usia 30-70 tahun.

Baca Juga

"Artinya setiap 2 detik seseorang mati premature (kematian dini) akibat penyakit tidak menular," jelas Dr Farrukh Qureshi dari WHO Indonesia seperti diungkapkan dalam rilis yang diterima Republika, Selasa (3/12).

Berdasarkan penelitian dari World Obesity Federation, sepertiga dari populasi dunia akan hidup dengan obesitas pada 2025. Di tahun yang sama, jumlah anak-anak dan remaja obesitas akan lebih tinggi dibandingkan anak-anak dan remaja yang memiliki berat badan kurang. Di tahun itu pula, diperkirakan jumlah penderita diabetes mendekati 500 juta.

Tak hanya itu, penelitian World Obesity Federation juga memprediksi bahwa akan ada lebih dari 320 juta kasus kematian akibat PTM pada 2025. Angka yang besar ini setara dengan jumlah seluruh populasi Amerika Serikat saat ini.

"Kurang dari 5 tahun lagi Indonesia akan terdampak ancaman global penyakit tidak menular," ujar Representatif Aliansi Penyakit Tidak Menular Indonesia Ibnu Haykal.

Ibnu menilai saat ini belum ada regulasi yang benar-benar mampu melindungi masyarakat Indonesia dari risiko PTM. Ibnu mencontohkan, saat ini konsumsi rokok di Indonesia masih tinggi dan iklan, CSR serta sponsorship rokok masih cukup bebas ditemukan. Padahal, kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko dari PTM.

"Diabetes menjadi ancaman nyata bagi anak-anak Indonesia melihat maraknya iklan minuman manis kemasan yang tidak diregulasi dan menyasar pada anak-anak," pungkas Ibnu.

Ibnu mengatakan saat ini ada cukup banyak minuman kemasan yang mengandung kadar gula cukup tinggi. Padahal, batas konsumsi gula per hari hanya sekitar 50 gram atau setara dengan 5-9 sendok teh.

"Belum lagi junk food yang semakin mudah didapatkan dan kondisi lingkungan yang penuh polusi semakin membuat masyarakat kita semakin rentan terserang penyakit tidak menular," tutur Ibnu.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement