REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan keluarga dan komunitas sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup para pejuang kanker, termasuk kanker paru. Tidak hanya untuk meningkatkan semangat hidup, dukungan itu juga penting guna mendukung hasil pengobatan yang lebih efektif.
Ketua Umum Cancer Information & Support Center (CISR), Aryanthi Baramuli Putri, mengungkapkan bahwa para pejuang kanker pada umumnya rawan dilanda stres akibat terlalu sering memikirkan penyakit, biaya pengobatan, atau masalah emosional lainnya. Alhasil, mereka sangat rawan menghadapi masalah psikososial.
"Pengobatan kanker yang mahal dan harus konsisten, harus kemo, obatlah, pejuang juga tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Itu memungkinkan mereka jadi kepikiran, merasa tidak enak hati, dan depresi," kata Aryanthi saat ditemui di Hongkong Cafe, Jakarta Pusat, Rabu (28/11).
Dukungan dari keluarga bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana. Misalnya mengingatkan pejuang kanker saat harus minum obat, membantu menyediakan makanan dan kebutuhan lain, atau menemani penyintas berobat ke dokter.
"Nah, komunitas itu berperan sebagai media para penyintas dan pejuang saling sharing, berkumpul, dan berbagi. Itu bisa membantu pejuang kanker lebih tenang dan semangat menjalani pengobatan," kata Aryanthi.
Komunitas CISR, menurut Aryanthi, rutin mengadakan pertemuan untuk para penyintas dan pejuang kanker paru setidaknya dua bulan sekali. Pertemuan itu diharapkan bisa meningkatkan semangat hidup dan kualitas hidup mereka.
"Yang tergabung dalam komunitas kami ada yang sudah stadium 4 kanker paru, stadium 3, tapi mereka masih bisa jalan-jalan, melakukan aktivitas secara normal. Meskipun memang ada yang sudah menggunakan kursi roda dan pertemuan rutin itu menjadi media bagi mereka untuk saling sharing, berbagi dan menguatkan," jelas dia.