REPUBLIKA.CO.ID, KLUNGKUNG -- Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali menyuguhkan suasana desa wisata berbasis pertanian dan kehidupan masyarakat sehari-hari bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
"Di desa ini kita menonjolkan wisata berbasis pertanian karena masyarakat disini pekerjaannya mayoritas bertani dan areal Desa Bakas secara topografi ada perbukitan dengan persawahannya yang membentang, sekaligus menjadi ikon kita,"jelas Koordinator bidang Daya Tarik, Kelompok Sadar Wisata Desa Bakas, I Wayan Malendra, di Klungkung, Sabtu (23/11).
Ia menjelaskan wisata berbasis pertanian di Desa Bakas ini menyuguhkan jalur tracking dengan persawahan di sepanjang jalur bagian kanan maupun kiri. Selain itu ada Kubu Bakas, Pondok Bakas, ditambah dengan beragam tempat istirahat dengan kuliner khas yaitu "Laklak Pengangon".
Selain wisata berbasis pertanian, kepada para pelancong juga disuguhkan wisata kehidupan sehari - hari masyarakat, mulai dari membajak sawah, menanam padi, "cooking class", dan sebagainya.
Ia menjelaskan dari satu tempat ke tempat yang lain saling terhubung sehingga wisatawan dapat menikmati beragam tempat sekaligus. Kubu maupun pondok yang ada di Desa Wisata Bakas berbahan dari bambu, dan juga bahan-bahan alam yang ramah lingkungan.
"Paling banyak wisatawan Eropa yang mendominasi datang kemari, kita ajak masak bersama, kita ajari cara buat layangan, buat minyak kelapa, dan sesuai permintaan juga kita tampilkan atraksi disini, baik itu seni, permainan angklung dan lainnya," jelas Malendra.
Ia mengatakan bahwa kunjungan wisatawan asing mengalami peningkatan dibandingkan wisatawan lokal. Adapun selama bulan Januari hingga September tercatat sekitar 450 hingga 500 kunjungan wisatawan asing yang didominasi dari Eropa.
"Memang wisatawan asing ini banyak datang kesini saat mulai high season, dari Juni Juli Agustus September, kebetulan saya pelaku pariwisata juga mengarahkan tamu kesini,"katanya.
Ia menjelaskan selain sebagai pelaku pariwisata, juga sebagai penggagas munculnya kuliner "laklak pengangon" juga mendorong daya tarik wisatawan. "Laklak pengangon" memiliki perbedaan dengan jenis laklak Bali lainnya, dinilai dari kelembutannya, kombinasi rasa dan bahan-bahan alami yang digunakan.
"Kalau ini kan rasa gurih karena kita menggunakan memang bahan alami, kalau laklak biasa 1 atau 2 jam sudah keras sedangkan laklak pengangon 1 hari masih lembut," katanya.
Pihaknya menuturkan desa wisata di Bakas masih bekerja secara swadaya atau sukarela dari tamu. Target kedepannya Pokdarwis bersama Pemerintah Desa akan menuntaskan Peraturan Desa terkait distribusi pariwisata sebagai payung hukumnya dan membangun BUMDES di Bakas untuk mengelola hasil distribusi.
Sebelumnya, Desa Bakas dikenal dengan wisata Bakas Levi Rafting dan Elephant Tour yang sudah ada sejak tahun 1982, lalu pada tahun 2017 Pokdarwis Desa Bakas dibangun, hingga pada 2018 SK Pokdarwis dikeluarkan dan bekerja sama dengan asas gotong royong membangun beberapa wisata di Desa Bakas.