Kamis 21 Nov 2019 14:15 WIB

Bolehkah Penghasilan Istri Lebih Besar dari Suami?

Penghasilan istri yang jauh lebih besar dari suami disebut bisa memicu stres.

Rep: Febryan A/ Red: Nora Azizah
Wanita bisa mengerjakan beberapa hal sekaligus termasuk bekerja dan mengurus kehidupan pribadi
Foto: Google
Wanita bisa mengerjakan beberapa hal sekaligus termasuk bekerja dan mengurus kehidupan pribadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat (AS) menujukkan bahwa suami akan jadi lebih stres ketika sang istri memiliki penghasilan di atas 40 persen dari pemasukan rumah tangga. Menurut pakar, gejala itu menunjukkan kuatnya racun maskulinitas pada pria di AS.

"Temuan ini menunjukkan bahwa norma sosial tentang laki-laki sebagai pencari nafkah dan konvensi tradisional bahwa laki-laki harus berpenghasilan lebih banyak dari istrinya dapat membahayakan kesehatan laki-laki itu sendiri," kya Joanna Sydra, ekonom di School of Management University, dilansir geek.com, Kamis (21/11).

Baca Juga

Menurut Sydra, temuan riset itu hanya berlaku terbatas pada kalangan dan lingkungan sosial tertentu. Sebab, akan ditemukan hasil yang berbeda pada lingkungan sosial dengan konvensi yang berbeda soal penghasilan.

Meski demikian, hasil penelitian ini, kata dia, menunjukkan adanya norma identitas gender yang berlaku di AS. Kesehatan mental para laki-laki akan sangat terpengaruh oleh hal ini, seperti masalah emosional, sosial, psikologis hingga fisik.

Uniknya, peneltian ini menemukan bahwa laki-laki tidak menjadi stres ketika istrinya berpenghasilan lebih tinggi jika hal itu sudah terjadi sejak sebelum pernikahan. Pada tahap tertentu, akan berdampak pada kepuasan hidup, kesetian pernikahan, hingga perceraian.

Penelitian terbaru itu dikerjakan Pew Research Center. Mereka menemukan bahwa 13 persen perempuan pada tahun 1980 berpenghasilan lebih besar dari suaminya. Pada tahun 2017, angkanya meningkat jadi 30 persen. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.

Perempuan, tulis penelitian itu, meyakini bahwa suaminya hanya akan mulai stres jika dirinya memiliki penghasilan setengah dari pemasukan rumah tangga. Sedangkan para suami mengakui, mereka sudah mulai stres ketika penghasilan istrinya mendekati 40 persen pemasukan keluarga.

Sydra menjelaskan, masalah keuangan keluarga ini menang kuat dipengaruhi faktor gender. Sebab para suami sangat dipengaruhi maskulinitas. Pada gilirannya, jika masalah pemasukan ini tidak dikomunikasikan, maka para suami akan depresi.

Laki-laki juga cenderung menyembunyikan tekanan yang ia rasakan, maka istri bisa saja memberikan respon yang tak tepat atas persoalan ini. "Fakta yang ditemukan penelitian soal stres suami ini bisa ditekan atau dikendalikan jika keduanya saling berkomunikasi," ucap Sydra.

Adapun penelitian sebelumnya menunjukkan keunikan lainnya. Riset terhadap 6.000 suami selama 15 tahun menunjukkan bahwa mereka cenderung stres jika hanya sendirian menanggung ekonomi keluarga. Tapi ketika istrinya mendapat penghasilan mencapai 40 persen, mereka juga mengalami stres.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement