REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes yang tak terkendali dapat memicu beragam komplikasi, termasuk komplikasi pada jantung. Penyakit jantung bisa muncul 15 tahun lebih dini pada penderita diabetes (diabetisi).
Dilansir melalui webmd.com, Rabu (20/11), komplikasi penyakit jantung akibat diabetes bisa terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki. Akan tetapi, dampak dari komplikasi penyakit jantung akibat diabetes pada perempuan kemungkinan lebih lebih mematikan dibandingkan pada laki-laki.
Ada banyak jenis penyakit jantung yang mungkin terjadi akibat komplikasi diabetes. Beberapa di antaranya adalah penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer dan gagal jantung.
Penyakit jantung koroner merupakan jenis penyakit jantung yang paling sering terjadi dan paling mematikan untuk diabetisi. Terkait penyakit jantung koroner, perempuan diabetisi memiliki risiko kematian 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa diabetes. Sedangkan laki-laki diabetisi memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung koroner 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki tanpa diabetes.
Risiko penyakit arteri perifer yang dapat berujung pada amputasi juga lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki. Perempuan diabetisi memiliki risiko 1,8 kali lebih besar terhadap penyakit arteri perifer dibandingkan laki-laki diabetisi.
Tak hanya itu, perempuan diabetisi juga lebih rentan terhadap risiko gagal jantung. Perempuan diabetisi memiliki risiko gagal jantung lima kali lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa diabetes. Sedangkan laki-laki diabetisi memiliki risiko gagal jantung dia kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki tanpa diabetes.
Temuan mengenai perempuan dan diabetes ini diungkapkan melalui European Journal of Preventive Cardiology. Tim peneliti mengungkapkan bahwa kasus diabetes di dunia dapat melonjak hingga 629 juta kasus pada 2040.
Upaya pencegahan diabetes melalui gaya hidup sehat perlu digalakkan untuk mencegah peningkatan kasus diabetes di dunia. Namun bagi yang sudah terkena diabetes, upaya pencegahan sekunder perlu dilakukan agar diabetisi terhindar dari risiko komplikasi pada jantung.
"Seiring meningkatnya obesitas di masyarakat kita, kita pun melihat peningkatan prevalensi diabetes yang tinggi," tutur salah satu peneliti dari Amsterdam University Medical Centre Joline Beulens.
Dari seluruh kasus diabetes, sebanyak 90-95 persen di antaranya merupakan diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup. Oleh karena itu, penyakit ini dapat dicegah melalui perbaikan perilaku.
"Manajemen gaya hidup merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan diabetes," terang Joline.