Jumat 15 Nov 2019 17:20 WIB

YLKI: Rokok Elektrik tidak Lebih Aman

Klaim rokok elektrik lebih aman disebut hanya mitos.

Larangan merokok
Foto: EPA
Larangan merokok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan rokok elektrik tidak lebih aman dibandingkan rokok biasa. Sehingga sudah seharusnya rokok elektrik dilarang.

"Klaim rokok elektrik lebih aman adalah mitos dan menyesatkan," kata Tulus saat dihubungi di Jakarta, Jumat (15/11).

Baca Juga

Para pendukung rokok elektrik dan vape kerap menggaungkan wacana bahwa rokok elektrik memang lebih aman daripada rokok biasa. Menurut artikel berjudul "Cigarette Smokling Kills; Vaping e-Cigarette Kills, Too" dari Aliansi Pengendalian Tembakau Asia Tenggara (SEATCA) yang diperbarui pada 28 September 2019, klaim bahwa rokok elektrik lebih aman 95 persen dibandingkan rokok biasa pertama kali dipublikasikan Public Health England (PHE) pada 2015, meskipun kelemahan studi tersebut diakui sendiri oleh penulisnya, David Nutt dan kawan-kawan.

Namun, klaim tersebut sudah dibantah oleh analisis British Medical Journal. British Medical Journal menemukan bahwa penelitian tersebut disponsori Euroswiss Health yang memiliki riwayat bekerja sama dengan industri rokok.

Penelitian tersebut juga didukung Lega Italiana Anti Fumo (LIAF) yang salah satu penelitinya terlibat dalam penelitian tersebut dan menyatakan dibiayai oleh sebuah perusahaan rokok elektrik.

Karena itu, jurnal kedokteran terkemuka The Lancet dalam editorial yang berjudul "E-cigarettes: Public Health England's evidence-based confusion" memberikan catatan bahwa terdapat potensi konflik kepentingan terkait penelitian tersebut.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono meminta masyarakat tidak menggunakan vape untuk alasan kesehatan. "Dari awal pernyataan kami adalah melarang. Pelarangan bukan pembatasan," kata Anung kepada wartawan di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (11/11).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement