REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit tidak menular seperti diabetes menjadi ancaman serius bagi Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) pada 2017 melaporkan, Indonesia menduduki peringkat keenam jumlah penderita diabetes di dunia dengan jumlah sekitar 10,3 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus melonjak mencapai 30 juta penderita pada tahun 2030.
Peningkatan jumlah penderita diabetes, tak luput dari pengaruh gaya hidup juga sulitnya menggantikan posisi nasi sebagai makanan pokok. Nasi adalah sumber makanan berkarbohidrat yang memiliki nilai indeks glikemik (IG) tinggi yaitu sekitar 70. Makanan dengan indeks glikemik tinggi bisa cepat menaikkan gula darah karena mengandung sedikit serat. Karenanya, untuk mencegah diabetes masyarakat diimbau untuk mulai mengurangi nasi atau menggantinya dengan beras jagung.
“Jagung adalah sumber makanan pokok yang beban dan nilai glikemiknya sama-sama rendah, tapi tinggi serat,” kata Direktur Manufaktur dan Teknologi PT Gita Food, Junaedi Saputro di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Mengacu table indeks glikemik (IG) dari Harvard Medical School, skor IG dari 100 gram jagung adalah 46 sementara beban glikemiknya bernilai 14. Angka ini jauh berbeda dibandingkan nasi, beban glikemik dari 150 gram nasi putih adalah 29, hampir dua kali lipat dari jagung.
Selain itu, kata Junaedi, jenis serat dalam jagung sangat tinggi sehingga mampu membantu mengendalikan kadar gula darah. Kandungan amilosa di dalam nasi jagung juga lebih tinggi dibandingkan nasi putih. Hal ini membuat jagung dicerna lebih lambat oleh perut, sehingga kadar gula darah tidak akan mudah naik dengan cepat.
“Karenanya kami yakin Sego Jagung bisa menjawab masalah diabetes di Indonesia. Kandungan serat sego jagung cukup tinggi mencapai 10 serta indeks glikemiknya juga rendah,” kata Junaedi.
Dia menambahkan, di dalam Sego Jagung terdapat banyak kandungan menyehatkan seperti vitamin A, B1, B2, B3, asam folat, fosfor, magnesium, selenium, serta mangan.