REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) meminta masyarakat berupaya mengantisipasi penyakit diabetes mellitus (DM) yang tren kasusnya terus meningkat di Indonesia. Salah satu caranya yaitu menghitung kalori dan gula yang masuk ke tubuh.
Sekjen Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Em Yunir mengatakan, seringkali makanan dan minuman kekinian saat ini seperti makanan siap saji dan minuman bubble kopi boba menjadi tren. Padahal, dia melanjutkan, kalori dalam makanan dan minuman ini tinggi.
"Misalnya minuman bubble boba itu mengandung tapioka. Sudah rasanya enak, harga murah, diantar (oleh layanan pesan antar) pula. Itu yang membuat kita berada dalam kondisi sekarang (penderita DM meningkat)," ujarnya saat temu media memperingati hari DM sedunia, di Jakarta, Senin (11/11).
Padahal, dia menjelaskan setiap satu minuman boba bisa diberi pemanis gula pasir seberat 5-10 gram dan setiap gram gula pasirnya memiliki kandungan 4 kalori. Jadi, ia menyebutkan kalau setiap gelas minuman bubble mengandung 50 gram gula dan dikonsumsi maka minimal 200 kalori masuk tubuh. Padahal, ia menyebut itu hanya minuman biasa, bukan jadi kebutuhan utama.
"Gula maksimal yang bisa dikonsumsi per orang artinya semakin kelebihan kalori maka risiko terkena DM makin tinggi. Karena kalori yang tidak diperlukan menumpuk dalam tubuh dan di jangka panjang bisa menjadi stimulan terjadinya DM," ujarnya.
Disinggung mengenai gula aren yang bisa menjadi alternatif, Em menjelaskan bahwa gula aren, gula jawa, dan gula pasir masuk golongan monosakarida. Karena pembentukannya sama, ia menegaskan gula aren tidak lebih baik daripada gula pasir.
"Tidak ada pembenaran kalau gula aren lebih baik dari gula pasir," ujarnya.
Dalam mengonsumsi gula, ia menyebut seseorang dibatasi maksimal 50 gram dalam sehari. Karena itu, dia meminta masyarakat mengkonsumsi gula alternatif atau menghitung banyaknya gula masuk tubuh.
Ia menyontohkan pemanis alami rendah kalori seperti stevia bisa menjadi pilihan. Ia menjelaskan, pemanis rendah kalori memiliki kandungan kalori lebih rendah.
"Biasanya gula rendah kalori mengandung 2-3 kalori lebih rendah dibandingkan gula pasir. Tetapi untuk memastikannya bisa dicek lagi di kemasannya," ujarnya.
Tak hanya cek kandungan kalori di gula, ia juga meminta masyarakat menghitung total kalori minuman atau makanan di kemasan yang biasanya dicantumkan dalam label makanannya. Ia menyontohkan dalam satu buah soft drink bisa mengandung 200-300 kalori atau satu bungkus mi instan mengandung 400 kalori.
"Ini belum kalau ditambah telur yang mengandung 475 kalori, kemudian ditambah dengan kornet yang juga mengandung kalori," ujarnya.
Seperti diketahui, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit diabetes mellitus (DM) mengalami kenaikan dalam 5 tahun terakhir dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang.