Senin 11 Nov 2019 09:04 WIB

Dubrovnik Buat Aturan Hindari Terlalu Banyak Turis

Kota kecil Dubrovnik dibanjiri turis berkat Game of Thrones.

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Suasana Kota Dubrovnik di Kroasia.
Foto: EPA
Suasana Kota Dubrovnik di Kroasia.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBROVNIK — Salah satu kota yang terletak di wilayah pesisir Kroasia, Dubrovnik menjadi populer setelah adanya film serial Game Of Thrones. Bahkan, tahun lalu, kota ini tercatat kedatangan hingga 1.271.657 juta wisatawan yang merupakan rekor karena belum terjadi sebelumnya.

Meski demikian, Dubrovnik berusaha untuk mengimbangi naiknya jumlah pengunjung yang datang ke kota itu, dengan pengaturan lalu lintas yang tepat untuk pejalan kaki, hingga lokasi-lokasi yang bagus untuk didatangi oleh para wisatawan. Sejumlah jalan di kota tua tersebut juga terdaftar sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO.

Baca Juga

Beberapa bulan lalu, UNESCO juga telah memberikan arahan agar pemerintah kota mempertimbangkan daya dukung berkelanjutan untuk menyambut para pengunjung di Dubrovnik. Secara khusus menekankan terhadap ratusan ribu orang yang datang dengan kapal pesiar.

Wali Kota Dubrovnik, Mato Frankovic pada dua tahun lalu mengeluarkan aturan yang membatasi jumlah pengunjung dalam satu waktu di sana, yaitu maksimal 4.000 orang. Meski demikian, hal itu tidak sepenuhnya efektif mencegah kepadatan.

Bahkan, meski 80 persen kios souvenir di Dubrovnik ditutup dan jumlah meja outdoor atau di luar ruangan di restoran-restoran dikurangi sampai 20 persen. Hingga beberapa waktu terakhir, dewan kota berencana memberlakukan aturan yang benar-benar akan melarang pemilik restoran meletakkan meja dan kursi di luar ruangan hingga lima tahun ke depan.

Aturan itu mengartikan bahwa tidak akan ada restoran baru di Dubrovnik selama lima tahun ke depan. Frankovic dalam sebuah pernyataan mengatakan, siapapun yang ingin membuka area makan tersebut hanya bisa meletakkan meja dan kursi untuk tamu di bagian dalam ruuangan, namun sangat sulit untuk bisa memiliki restoran di dalam bangunan di kota itu.

“Mereka bisa membuka restoran di dalam ruangan, namun tentu sangat sulit menemuka sebuah tempat di mana restoran bisa beroperasi di dalam. 99 persen restoran di Dubrovnik selama ini beroperasi di luar ruangan,” ujar Franković.

Aturan baru itu juga mengartikan jika ada sebuah restoran lama yang tutup, tidak akan ada usaha baru yang dapat mengambil alih ruangan selama periode lima tahun ke depan. Meski keputusan pejabat kota terkesan sangat esktrem, namun hal ini harus dilakukan demi kesejahteraan penduduk tetap Dubrovnik, dilansir dari Food and Wine.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement