REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancol Taman Impian mempersembahkan sebuah pagelaran seni tradisional Indonesia yaitu Pagelaran Wayang Kulit, Sabtu, (9/11) di Pasar Seni Ancol. Pertunjukkan kali ini diisi oleh dalang legendaris Ki H. Manteb Soedharsono yang membawakan lakon Becik Ketitik Ala Ketara.
Direktur Utama PT Taman Impian Jaya Ancol, Teuku Sahir Sahali menyampaikan terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta yang menyempatkan waktunya hadir bersama masyarakat pengunjung menyaksikan gelaran wayang kulit. Menurutnya, nantinya pagelaran wayang akan dibuat terjadwal dikaitkan dengan perayaan dan hari besar Nasional.
- Peringatan Hari Wayang Nasional di Candi Borobudur
- Spektakuler, 24 Dalang Kondang Sragen Tampil Nonstop 24 Jam Meriahkan Hari Wayang Sedunia. Ketua Pepadi Jateng Berharap Wayang Makin Dicintai Masyarakat
- Nguri-uri Budoyo Kanggo mBangun Negoro, Ini Lakon Pagelaran Wayang Kulit di Joho Pracimantoro Wonogiri
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam sambutannya merasa bersyukur Ancol kembali menjadi tempat di mana pagelaran wayang termasuk pagelaran wayang kulit bisa diselenggarakan lagi. Anies berharap nanti bisa lebih diluaskan jangkauannya. Apalagi 3 hari yang lalu baru saja memperingati hari Wayang nasional.
"InsyaAllah nanti ini rutin. Jadi seperti disampaikan Pak Dirut (Ancol) tadi, insyaAllah bulan Maret lagi ya bersamaan dengan Isra Mi'raj akan ada pagelaran wayang lagi di Ancol ini," ujar Anies Baswedan
Ini menjadi pengingat bahwa tradisi pewayangan bukan saja harus dirawat tapi harus dikembangkan. Karena di sini bukan saja tontonan, tapi ada tuntunan, dan Insya Allah bisa membentuk tatanan. Harapannya akan bisa mendorong pemanfaatan wayang lebih dari sekedar hiburan tapi membantu membentuk tatanan, imbuh Gubernur Anies.
Pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini dimulai pada pukul 19.00 WIB di Panggung Utama Pasar Seni. Diawali dengan penampilan dari dalang cilik Barata dan dilanjutkan oleh Ki Manteb Sudharsono dengan lakon Becik Ketitik Ala Ketara.
Lakon Becik Ketitik Ala Ketara mengisahkan tentang Raden Dursasana yang ditugaskan untuk menjaga keselamatan Dewi Banowati Permaisuri Prabu Duryudana. Namun tanpa seijin siapapun, Raden Dursasana berangkat ke medan perang Tegal Kurusetra di mana dia dihadang Raden Werkudara Senapati Amarta hingga pecahlah peperangan.
Manusia berupaya tetapi Tuhan yang menentukan, pepatah itulah yang tepat untuk menggambarkan upaya Raden Dursasana yang gagal memancing kemarahan Raden Werkudara untuk melewati Kali Cingcing Goling yang dapat membinasakannya. Karma malah menghampiri Raden Dursasana hingga dia tersudut.