Rabu 06 Nov 2019 19:23 WIB

Waspadalah, Penyakit Jantung Mulai Menyerang Usia 30-an

Dokter mengingatkan bahwa penyakit jantung tidak identik dengan orang tua.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Stetoskop dokter.
Foto: Republika/Prayogi
Stetoskop dokter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit jantung sebelumnya dikenal sebagai penyakit orang tua. Namun, anggapan tersebut kini tidak berlaku. Sebab, penyakit jantung kini menyerang mereka yang usianya di bawah 40 tahun.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menunjukkan, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia setidaknya 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2,8 juta di Indonesia menderita penyakit jantung. Bukan hanya usia tua, tapi usia muda bahkan remaja juga bisa terkena penyakit jantung.

Baca Juga

"Penyakit jantung bukan penyakit manula," ujar Ketua Yayasan Jantung Indonesia, Esti Nurjadin, di sela Media Talkshow Metropolitan Medical Center (MMC) Hospital dengan topik “Gaya Hidup versus Penyakit Jantung” di Auditorium Suryo, MMC Hospital belum lama ini.

Menurut Esti, generasi muda merupakan kelompok yang rentan. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, rendahnya aktivitas fisik, serta rendahnya konsumsi sayur dan buah.

Di rumah sakit MMC, pasien penyakit jantung usia muda meningkat terutama usia 30 dan 40 tahun. Bahkan, tren pada perempuan juga tinggi.

"Presentasenya tidak bisa diungkap. Harus lihat statistik rekam medisnya," ujar dokter spesialis jantung dari RS MMC, dr Rossana Barack SpJP.

Senada, dokter spesialis kardiovaskular dari RS MMC, Prof Dr dr Idrus Alwi SpP KKV mengatakan, dari data rumah sakit MMC, cukup banyak pasien mengalami serangan jantung di usia muda dibanding beberapa dekade lalu.  Ia mengatakan, meningkatnya penderita penyakit jantung di Indonesia, tidak lepas dari perubahan gaya hidup masyarakat.

Kemajuan teknologi yang membuat semua serbamudah membuat orang kuranggerak, kurang olah raga, stres, belumdan  lagi kebiasaan merokok serta minuman alkohol. Gaya hidup seperti ini yang pada akhirnya memunculkan penyakit degeneratif, salah satunya penyakit jantung.

"Di RS MMC, dari keseluruhan pasien penyakit jantung, sebagian besar adalah pasien yang menderita penyakit jantung dikarenakan gaya hidup, bukan karena genetik," ungkapnya.

Idrus mengatakan, terdapat perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung pun cenderung meningkat (34 persen) dengan faktor risiko makin meningkatnya obesitas, dislipedmi, diabetes, dan juga hipertensi. "Maka penyakit kardiovaskukar akan meningkat dan penyebab sama karena faktor risikonyasama dan bergerak ke usia lebih dini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement