Selasa 05 Nov 2019 06:04 WIB

Selalu Waspadai Tanda dan Risiko Kanker Paru

Kasus kanker paru meningkat di negara berpolusi tinggi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi kanker paru
Foto: Antara
Ilustrasi kanker paru

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kanker paru-paru adalah jenis kanker serius dan berpotensi mematikan di dunia. Ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bernafas. Di negara-negara dengan pencemaran polusi, kasus kanker paru-paru juga meningkat.

Penelitian telah menunjukkan bahwa polusi udara, baik di luar maupun di dalam ruangan, dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru terutama di kalangan kaum muda. 

Sekitar 90 persen dari kasus kanker paru-paru adalah akibat dari merokok, meskipun orang yang tidak merokok juga bisa terkena kanker paru. Faktor risiko lain termasuk tingkat polusi yang tinggi, paparan radiasi asap rokok, gas radon, dan riwayat keluarga dengan kanker paru-paru dan sebagainya.

Seperti diwartakan oleh Times Now News, sulit untuk mengidentifikasi kanker paru-paru pada tahap awal mengingat gejalanya mirip dengan infeksi pernapasan, atau kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali. Karena itu, kanker paru-paru sering didiagnosis ketika tumor telah tumbuh cukup besar atau penyakitnya menjadi lanjut. 

Kanker paru-paru, jika terdeteksi pada tahap awal, lebih mungkin berhasil diobati. Tanda dan gejala kanker paru-paru antara lain batuk yang tidak kunjung sembuh, batuk darah, napas yang pendek, kedinginan, infeksi dada yang sering seperti bronkitis atau radang paru, kehilangan bobot badan hingga sakit kepala yang tidak jelas.

Ketika tumor menyebar, seseorang mungkin juga mengalami gejala parah seperti nyeri tulang khususnya di bagian belakang, tulang rusuk, atau pinggul, kelenjar getah bening, kulit dan mata bergetar, atau penyakit kuning.

Perawatan untuk kanker paru-paru tergantung pada jenis, stadium, serta kesehatan keseluruhan pasien. Perawatan yang mungkin dilalui adalah operasi, kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi yang ditargetkan. Tentunya semua perawatan dan obat harus dikonsumsi setelah konsultasi dengan dokter.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement