REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati batik sekaligus Ketua Bidang Satu Program Himpunan Wastraprema, Sri Sintasari Iskandar mengatakan dewasa ini antusias anak muda kepada batik sudah sangat meningkat. Namun, menurutnya alangkah lebih baik antusias tersebut diimbangi dengan pengetahuan yang cukup tentang batik itu sendiri.
"Jangan sampai saat membeli batik namun tidak tau jenis batik yang dipakai itu apa, asalnya dari mana dan sebagainya," ujarnya dalam acara yang bertajuk 'Batik dan Wastra Indonesia' yang diadakan PT Intiland Development SQ berkolaborasi dengan Museum Tekstil Jakarta di SQ Res Gallery, South Quarter, Jakarta Selatan pada Sabtu (26/10).
Menurutnya dengan mempelajari tentang batik secara dalam merupakan bentuk dari menghargai batik itu sendiri. Batik memeliki beragam jenis dan ada jenis batik yang tidak boleh digunakan secara sembarangan. Oleh karenanya, sangat penting untuk memiliki ilmu dasar mengenai batik agar tidak keliru menggunakan kain tradisional Indonesia tersebut.
"Anak-anak muda kita beri penjelasan batik itu apa. Karena ada motif-motif tertentu misalnya dipake tidak boleh sembarangan walaupun tidak ada larangan tapi kita yang tau motifnya, artinya apa kok sangat prihatin," ujarnya.
Sri mengungkapkan, ada jenis batik yang biasanya digunakan untuk Raja justru dipakai untuk bahan sepatu. Kejadian tersebut terlihat sepele, namun sebenarnya sangat penting untuk diperhatikan.
Cara selajutnya itu menghargai batik menurutnya adalah dengan menghargai proses pembuatan batik. Saat ini, banyak beredar kain batik yang menggunakan proses printing, menurutnya dengan menggunakan teknik tersebut seseorang tidak menghargai nilai dari kain batik.
"Yang dinamankan batik itu harus melalui proses pembuatan batik, alatnya menggunakan cating atau cap, digambar menggunakan malam dan seterusnya. Jika menggunakan teknik printing itu bukan batik namun kain tekstil yang bermotif batik," ungkapnya.
Sri menceritakan, sudah mencintai batik dan mengumpulkannya sejak ia muda. Ia bersyukur orang tuanya meninggalkan batik kepada dirinya dan batik-batik itu bisa dugunakan mengeduaksi masyarakat agar semakin cinta dengan batik.
Untuk diketahui, Himpunan Wastraprema adalah himpunan yang pertama kali menyumbangkan batik-batik koleksi anggotanya untuk diabadikan di Museum Tekstil Jakarta. Himpunan tersebut menyumbangkan 600 kain batik untuk Museum Tekstil.