Jumat 25 Oct 2019 10:30 WIB

Coca Cola Jadi Pencemar Plastik Terbesar Dunia

Coca Cola perlu lebih banyak mengatasi krisis akibat produksi plastik mereka.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Indira Rezkisari
Coca Cola
Foto: AP
Coca Cola

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Coca-Cola dinobatkan sebagai perusahaan terburuk untuk polusi plastik untuk tahun kedua berturut-turut oleh kelompok pemerhati lingkungan. Merek minuman global ini menempati urutan teratas dalam daftar perusahaan-perusahaan dengan tingkat polusi tertinggi di seluruh dunia yang diterbitkan oleh Break Free From Plastic.

Pada bulan September, organisasi ini melakukan 484 pembersihan pantai di lebih dari 50 negara.

Baca Juga

Dilansir dari Independent, Jumat (25/10), disebutkan, kelompok ini menemukan bahwa 11.732 potong plastik yang dikumpulkan selama pembersihan berasal dari produk Coca-Cola. Jumlah ini lebih dari gabungan tiga pencemar global teratas berikutnya.

Menanggapi laporan tersebut, Coca-Cola mengatakan akan mengatasi masalah global kritis ini. Nestle dan PepsiCo berada di posisi kedua dan ketiga di belakang Coca-Cola dalam laporan tersebut.

Perusahaan lain yang termasuk dalam daftar 10 besar pencemar adalah Mondelēz International, Unilever, Mars, P&G, Colgate-Palmolive, Phillip Morris, dan Perfetti Van Melle.

Koordinator global di Break Free From Plastic Von Hernandez mengatakan, laporan ini memberikan lebih banyak bukti bahwa perusahaan sangat perlu melakukan lebih banyak untuk mengatasi krisis polusi plastik yang mereka buat.

"Ketergantungan mereka yang berkelanjutan pada kemasan plastik sekali pakai diterjemahkan untuk memompa lebih banyak plastik yang dibuang ke lingkungan. Daur ulang tidak akan menyelesaikan masalah ini," kata Von Hernandez.

Louise Edge, kepala kampanye plastik laut Greenpeace Inggris mengatakan bahwa menyangkut kebijakan ketiga merek besar tentang plastik, jelas bahwa merek-merek global besar ini berencana untuk gagal. Mereka dinilai akan terus menjadi pencemar terburuk selama bertahun-tahun yang akan datang kecuali mereka secara radikal mengubah kebijakan mereka.

"Perusahaan-perusahaan ini memiliki sumber daya untuk menghasilkan kemasan inovatif yang dapat digunakan kembali dan diisi ulang. Tetapi sebaliknya mereka fokus pada daur ulang atau bertukar dari satu kemasan sekali pakai ke yang lain. Kami mendesak pencemar plastik ini untuk fokus beralih ke kemasan yang dapat digunakan kembali dan diisi ulang sekarang," kata Edge.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement