Rabu 23 Oct 2019 19:50 WIB

Jumputan Gambo Muba, Warisan Leluhur yang Dimodifikasi

Kain jumputan khas Sumatera Selatan ini dikembangkan dengan ragam motif.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Istri Bupati Musi Banyuasin (Muba), Thia Yufada Dodi hadir di Jakarta Fashion Week (JFW) 2020 untuk mempromosikan kain Gambo Muba.
Foto: Republika/Desy Susilawati
Istri Bupati Musi Banyuasin (Muba), Thia Yufada Dodi hadir di Jakarta Fashion Week (JFW) 2020 untuk mempromosikan kain Gambo Muba.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak dua tahun lalu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan (Sumsel), mempopulerkan kembali kain jumputan khas Sumsel. Dari tangan para perajin, jumputan sedikit mengalami modifikasi menyesuaikan mode yang terus berkembang.

Kabupaten Muba kini memiliki kain jumputan khas yang berbeda dari wilayah lain di Sumsel. Kain bernama Gambo Muba ini memiliki motif beragam namun tanpa meninggalkan unsur orisinalitas dari kain jumputan.

Baca Juga

Thia Yufada Dodi selaku tokoh dibalik kepopuleran jumputan Gambo Muba mengungkapkan, awalnya Gambo hanyalah kain jumputan biasa. Namun, ia berinisiatif membuat kain tersebut kian dikenal dunia dengan memberikan sentuhan modern.

"Kami ambil jumputan Gambo Muba karena di Indonesia yang menjumput masih sedikit. Hanya Jawa Tengah dan Sumatera Selatan yang punya. Selebihnya batik dan tenun," ungkapnya kepada Republika.co.id ditemui di Jakarta Fashion Week (JFW) 2020, beberapa waktu lalu.

Gambo diambil nama tanaman gambir yang menjadi bahan dasar pewarna kain. Gambo memang dibuat dengan pewarna alam sehingga lebih ramah lingkungan. Hal ini pula yang membuatnya beda dari jenis jumputan lain.

 

photo
Kain Gambo Muba.

Kabarnya, tanaman gambir hanya bisa tumbuh di Desa Toman, salah satu desa di Kabupaten Muba. Memakai bahan dasar pewarna alam, tak heran bila Gambo Muba memiliki warna bumi. Meski demikian, kain tetap nampak elegan dengan ciri khas klasik.

Dalam proses pembuatannya, Gambo membutuhkan waktu tiga sampai tujuh hari. Saat ini, sekitar 200 perajin di tiga desa dirangkul untuk membumikan kembali jumputan yang mulai hilang ditelan zaman.

Sementara dari segi motif, Thia menjelaskan bahwa Gambo masih berunsur motif tujuh titik asli dari jumputan. Motif ini kemudian dikembangkan, di antaranya tujuh titik yang dibuat besar hingga berbentuk kotak.

Kiprah Gambo Muba di dunia fesyen cukup berkelas. Gambo Muba bisa dinikmati para pencinta fesyen hingga kolektor kain tradisional di lounge utama Jakarta Fashion Week 2020.

Gambo Muba untuk pertama kalinya berhasil tembus sebagai strategic partner untuk kain dekorasi. Namun, tak hanya dekorasi, Gambo Muba juga cocok dipakai untuk busana siap pakai, hingga aksesori hijab atau selendang.

Dalam ajang JFW 2020, Kabupaten Muba juga diberikan tempat mempromosikan kain Gambo Muba. Jumputan ini dibanderol mulai dari Rp 225 ribu sampai Rp 950 ribu untuk ukuran 2,5 hingga 3 meter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement