Jumat 18 Oct 2019 20:15 WIB

Sebelum Punya Anak, Dapatkan Ilmu Pola Asuh-Pemenuhan Gizi

Pengetahuan tentang pola asuh dan pemenuhan gizi anak harus dimiliki calon orang tua.

Bayi susah makan/ilustrasi
Foto: nymetroparents.com
Bayi susah makan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbaikan gizi masyarakat Indonesia paling utama harus dimulai dari orang tua. Menurut pakar gizi, orang tua berperan besar dalam menentukan kualitas generasi penerus.

"Harusnya dari orang tua, calon bapak dan ibu, pasangan baru menikah, karena merekalah yang merencanakan memiliki anak," kata Ketua Perhimpunan Pakar Gizi (Pergizi) dan Pangan Profesor Hardinsyah di Jakarta, Kamis, menanggapi hal paling esensial dalam perbaikan gizi masyarakat Indonesia.

Baca Juga

Menurut dia, pasangan muda sudah harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pola asuh. Mereka juga mesti punya wawasan soal pemenuhan gizi, memberikan ASI selama dua tahun, dan makanan pendamping ASI setelah enam bulan, serta berbagai informasi kesehatan lainnya.

"Menjaga anaknya supaya tidak diare, panas dalam dengan cuci tangan, itu kan hal-hal sederhana sebenarnya," kata Hardinsyah.

Dia mengamati pola hidup masyarakat perkotaan sekarang ini, khususnya pasangan muda yang sama-sama bekerja, cenderung menyerahkan pengasuhan anak kepada orang lain. Alhasil, perhatian kepada keluarga jadi semakin berkurang dewasa ini.

Hardinsyah yang merupakan Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini mengingatkan agar orang tua memberikan makan kepada anak dengan gizi yang cukup. Makanan yang diberikan harus terdapat karbohidrat, sayur-sayuran, dan protein hewani, seperti telur, daging, ikan, dan susu.

Dia mengungkapkan sejumlah kajian membuktikan bahwa memberikan satu butir telur setiap hari kepada anak usia di atas satu tahun efektif mencegah terjadinya stunting.

Menurut Hardinsyah, pencegahan stunting dengan satu butri telur per hari sangatlah sederhana dan murah karena harga per butir telur yang bahkan setengah dari harga satu batang rokok.

"Yang intinya perubahan mindset, perubahan perilaku, dan peningkatan pengetahuan," kata dia.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, 95,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayur. Angka tersebut meningkat dari Riskesdas tahun 2013, yaitu 93,5 persen masyarakat Indonesia kurang makan sayuran dan buah-buahan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement