Kamis 17 Oct 2019 02:20 WIB

Joker Tak Tergoyahkan di Puncak Box Office

Tawa Joker nampaknya akan tetap menggema setidaknya di bulan Oktober ini.

Rep: Thomas Rizal (cek n ricek)/ Red: Thomas Rizal (cek n ricek)
Joaquin Phoenix dalam film Joker.
Foto: Warner Bros via AP
Joaquin Phoenix dalam film Joker.

Ceknricek.com -- Tawa Joker masih menggema di seluruh dunia dan nampaknya akan tetap menggema setidaknya di bulan Oktober ini. Hingga hampir dua minggu penayangannya, Joker (2019) masih bertahan di puncak tertinggi pemasukan box office di Amerika Serikat. Bahkan, Joker juga tercatat masih sebagai film yang paling banyak ditayangkan, yakni di 4.374 teater.

Pada minggu kedua penayangan, Joker sukses meraup US$55 juta dari pendapatan tiket di AS, plus US$123,7 juta di negara lain. Artinya, jika digabungkan dari minggu pertama, maka pendapatan Joker dari seluruh dunia sudah melebihi setengah miliar dolar, tepatnya US$543,9 juta. Jika dikonversikan ke rupiah dengan nilai tukar Rp 14.100, maka pendapatan Joker sudah menembus Rp 7,7 triliun!

Jika dibedah lebih dalam lagi, maka 10 besar negara dunia selain AS yang menjadi sumber pundi-pundi bagi Sang Pangeran Badut Kejahatan adalah Inggris (US$36,9 juta), Meksiko (US$28,9 juta), Korea (US$28 juta), Rusia (US$20,4 juta), Brasil (US$18 juta), Jepang (US$15,4 juta), Australia (US$14,9 juta), Spanyol (US$13 juta), Indonesia (US$11,3 juta) dan Perancis (US$10,3 juta). Ya, Indonesia ternyata masuk 10 besar negara yang menjadi pundi-pundi bagi musuh nomor 1 Batman itu.

Baca Juga: Soal Teori Batman dan Joker Bersaudara, Thomas Wayne Beri Jawaban

Jika dikonversikan ke rupiah, maka total pemasukan Joker dari penonton tanah air mencapai Rp 159,8 miliar. Asumsikan 1 tiket seharga Rp 50.000, maka sekitar 3,2 juta masyarakat Indonesia ditaksir sudah menonton film garapan Todd Phillips itu.

Kembali ke pasar Amerika Serikat. Di bawah Joker ada film yang baru dirilis di Negeri Paman Sam pada pekan lalu, yakni The Addams Family yang sukses menyodok ke peringkat kedua. Film animasi dengan pengisi suara meliputi Allison Janney, Chloe Grace Moretz, Finn Wolfhard, Bette Midler dan Snoop Dogg itu sukses meraup US$30,3 juta pada pekan perdana penayangannya. Film ini rencananya baru akan tayang di Indonesia pada 25 Oktober mendatang.

Sementara itu, di posisi ketiga bercokol Gemini Man yang sukses meraup US$20,5 juta setelah mulai ditayangkan mulai 11 Oktober lalu di pasar AS. Film yang mempertemukan Will Smith tua dan Will Smith muda ini tampil di bawah ekspektasi dan diprediksi bakal menjadi box office bomb alias gagal menghadirkan keuntungan finansial. Film garapan Ang Lee ini disebut-sebut membutuhkan dana produksi sebesar US$138 juta.

Di posisi keempat, ada film garapan Universal, Abominable yang sukses meraup US$6,2 juta pada pekan ketiga pemutarannya. Secara total, film yang menceritakan mahluk mitos Yeti itu sukses meraup US$47,9 juta. Adapun untuk melengkapi posisi kelima, ada Downton Abbey yang meraup US$4,9 juta. Film yang didistribusikan Focus Features itu mulai ditayangkan pada 20 September di teater AS.

Adapun satu film yang baru dirilis lainnya, Jexi hanya menduduki posisi kesembilan dengan total pemasukan US$3,1 juta. Film komedi produksi Lionsgate ini memang mendapat respon kurang positif oleh para penonton. Situs Rotten Tomatoes hanya memberikan nilai persetujuan 13 persen dengan rata-rata nilai 3,8 dari 10. Adapun situs Metacritic memberi penilaian 41 dari 100.

Belum Rilis di China

Meskipun hegemoni Joker sudah menjalar hampir ke seluruh dunia, namun film yang dibintangi Joaquin Phoenix ini belum juga direncanakan untuk tayang di bioskop-bioskop China. Hal ini disebut-sebut disebabkan karena tingkat kekerasan yang sangat tinggi dalam film itu.

Film ini juga menjadikan Joker, tokoh penjahat di serial komik garapan DC sebagai pahlawan. Joker dianggap sebagai simbol anarki yang melawan sistem yang dianggap penuh ketidakadilan. Beberapa pengguna sosial media sudah mengeluhkan bahwa film ini tidak akan ditayangkan di Dataran Tiongkok, khususnya setelah pergerakan demokrasi di Hong Kong akhir-akhir ini. Bahkan ada yang membandingkan antara aksi protes di Hong Kong dengan aksi pergerakan badut yang dipelopori Arthur Fleck di film Joker.

Para pengelola bioskop di China khawatir film itu tidak akan pernah ditayangkan di bioskop-bioskop Negeri Tirai Bambu karena melukiskan gambaran suram dari masyarakat yang kejam. Sekadar informasi, China sendiri cukup memberlakukan ketat aturan sensor. Film Logan (2017) misalnya, untuk versi rilis China film ini dipotong sekitar 14 menit dari format originalnya.

Begitu pula dengan Deadpool (2016) yang dilarang untuk ditayangkan di China. Adapun untuk Deadpool 2, film sekuel dari kisah antihero garapan Marvel itu memang ditayangkan, namun dalam versi PG-13 yang berjudul Once Upon a Deadpool (2018). Versi ini menghilangkan beberapa adegan kasar, adegan pembunuhan yang menampilkan darah, serta mensensor kata-kata makian.

BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ceknricek.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ceknricek.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement