Sabtu 12 Oct 2019 09:00 WIB

Tes Kesehatan Jiwa Daring, Akurat Nggak?

Banyak orang tergerak melakukan tes kesehatan jiwa secara daring usai nonton Joker.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Reiny Dwinanda
Adegan dalam film Joker. Banyak orang melakukan tes kesehatan jiwa secara daring usai menonton Joker.
Foto: VOA/Warner Bros
Adegan dalam film Joker. Banyak orang melakukan tes kesehatan jiwa secara daring usai menonton Joker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai menonton film Joker, banyak pengguna internet yang tergerak untuk mengecek status kesehatan mentalnya. Mereka pun beramai-ramai melakukan tes daring. Akurat nggak ya?

Psikiater Nova Riyanti Yusuf meminta masyarakat untuk berkonsultasi lebih lanjut usai mengikuti tes diagnosis gangguan kejiwaan di internet. Menurutnya, hasil tes tersebut sebaiknya diposisikan sebatas deteksi dini.

Baca Juga

"Itu kan cuma deteksi dini dan bukan alat screening yang dipilih dengan tepat," kata Nova saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta.

Nova berpendapat, deteksi dini penyakit kejiwaan lebih baik dilakukan di institusi yang kredibel. Dia mengatakan, proses deteksi tidak bisa dilakukan secara sembarangan melalui skor atau nilai-nilai tertentu usai menjawab sejumlah pertanyaan yang disajikan.

"Jadi nggak bisa asal-asalan saja, kalau skor segini artinya kamu sakit ini dan lain sebagainya," jelas Nova.

Lagi pula, menurut Nova, hasil yang dikeluarkan tes daring belum tentu akurat. Publikjuga belum tentu memiliki opsi yang tepat dari pertanyaan yang diajukan dalam rangkaian tes daring tersebut.

"Karena ada tes yang ternyata buat lansia tapi yang ikut tes masih 30 tahun, itu nggak tepat. Screening itu ada ketepatan usia dan problem yang sedang dia jalani," katanya.

Kendati demikian, menurut Nova, bukan berarti hasil tes tersebut tidak dapat dijadikan acuan. Hanya saja, dia mengingatkan agar publik mengikuti tes deteksi dini di dunia daring melalui laman yang dapat dipercaya.

Selanjutnya, Nova meminta masyarakat untuk berkonsultasi ke ahli guna memastikan gangguan psikologi yang dimaksud. Dia menilai, hasil tes psikologi di dunia daring seharusnya memasukan rekomendasi konsultasi lebih lanjut ke praktisi medis tertentu.

"Jangan sampai sumbernya salah, tahu-tahunya malah ngajarin bunuh diri. Bagus kesadaran itu muncul tapi harus hati-hati memailih sumber, jangan main percaya saja," katanya.

Di saat yang bersamaan, psikiater yang akrab disapa Noriyu ini meminta kementerian kesehatan agar mengaktifkan kembali saluran konsultasi untuk dukungan psiko-sosial. Dia mengatakan, saluran itu akan memudahkan masyrakat dalam berkonsultasi usai mengikuti rangkaian tes psikologi daring.

"Jadi sehabis ikut tes bisa hubungin hotline service Kemenkes, itu paling mudah sebelum ke konsultasi lebih lanjut. Artinya, ini sebagai konsultasi awal," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement