Jumat 11 Oct 2019 00:47 WIB

Psikolog: Orang Bermasalah Kesehatan Mental Butuh Dukungan

Orang yang sedang dalam masalah kesehatan mental butuh dukungan dan perhatian.

Kesehatan jiwa. Ilustrasi
Foto: ist
Kesehatan jiwa. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Psikolog dari Metafora Consulting Therapy Training Education Purwokerto, Ketti Murtini mengingatkan bahwa orang dengan masalah kesehatan mental membutuhkan dukungan lebih dari orang-orang di sekitarnya.

"Mereka yang sedang dalam masalah kesehatan mental butuh dukungan dan perhatian. Luangkanlah waktu untuk memberikan dukungan awal," katanya di Purwokerto, Kamis (10/10).

Dia juga mengingatkan bahwa peringatan Hari Kesehatan Jiwa yang diperingati setiap 10 Oktober merupakan momentum yang tepat untuk memberikan dukungan bagi orang-orang di sekitar yang sedang mengalami gangguan kesehatan mental.

"Karena itulah, himpunan psikologi indonesia (HIMPSI) memiliki gerakan dukungan psikologi awal (DPA) dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat agar bisa memberikan dukungan awal bagi mereka yang sedang dalam masalah kesehatan mental," katanya.

Dia mencontohkan, bentuk dukungan bisa dengan meluangkan sedikit waktu untuk menanyakan kabar atau berbicara. "Luangkan sedikit waktu untuk menyapa dan bicara kepadanya, dan tanyakan bagaimana keadaannya lalu coba menawarkan bantuan," katanya.

Dia mengatakan, pada saat ini, edukasi kepada masyarakat terkait permasalahan kesehatan mental terus mengalami peningkatan.

"Jadi menurut saya, perhatian pemerintah pada masalah kesehatan jiwa ini sudah terus meningkat, memang edukasinya masih harus terus dilakukan karena orang sakit fisik tiga hari sudah langsung ke dokter tapi orang yang tidak bisa tidur tiga hari belum tentu mendatangi psikolog," katanya.

Sebelumnya, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Diyah Woro Dwi mengatakan hari kesehatan jiwa merupakan momentum bagi pemerintah dan masyarakat secara umum agar bisa memberikan perhatian lebih kepada permasalahan kesehatan mental.

Dosen psikologi kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman tersebut mengatakan perhatian terhadap permasalahan kesehatan mental masih perlu ditingkatkan terutama karena masih adanya stigma atau label negatif di masyarakat mengenai individu dengan permasalahan mental.

"Sebagai contoh keengganan untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater karena kekhawatiran akan adanya label negatif dari masyarakat," katanya.

Sementara itu, masalah kesehatan jiwa kini menjadi salah satu program prioritas Kemenkes dan sudah dimasukkan sebagai indikator keluarga sehat oleh pemerintah.

Hal itu disebabkan tren masalah kejiwaan dengan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk di atas 15 tahun mencapai 9,8 persen atau naik dari enam persen pada 2013. Demikian data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement