REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang dagang antara Amerika Serikat dan China membuat ketidakpastian ekonomi global diprediksi akan terus berlanjut. Kondisi tersebut mendorong pergeseran penempatan investasi dan dana global ke aset yang lebih aman.
Perencana Keuangan Diana Sandjaja mengatakan kondisi ekonomi yang tak menentu sebaiknya masyarakat berinvestasi yang lebih aman seperti emas. “Biasanya ketika keadaan ekonomi tidak stabil, emas akan menjadi safe haven yang digunakan kebanyakan orang, sehingga permintaan terhadap emas naik dan harga ikut naik,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Selasa (8/10).
Menurutnya ketidakpastian ekonomi membuat masyarakat harus memikirkan instrumen investasi yang lebih rendah risiko terhadap fluktuasi. Misalnya deposito, reksadana pasar uang dan dana dalam valas.
“Jika memang membutuhkan dana dalam valas maka hedging ataupun menyimpan langsung dalam bentuk valas bisa dilakukan fluktuasi ekonomi,” ucapnya.
Diana menyebut investasi tetap harus dilakukan oleh masyarakat meski di tengah turbulensi ekonomi. Sebab, ketidakpastian ekonomi merupakan hal yang wajar terjadi. Diharapkan bounce back perekonomian juga akan terjadi, sehingga akan tercipta keseimbangan yang baru.
“Ketika kita punya tujuan investasi jangka panjang maka seharusnya kita masih bisa terus melakukan investasi meskipun koreksi terjadi,” ucapnya.
Sepanjang semester satu 2019, harga emas naik karena gonjang-ganjing global terkait perang dagang yang membuat pasar keuangan khawatir, sehingga mengejar emas sebagai instrumen yang dianggap lebih aman. Adapun faktor lain adalah pelemahan dolar AS yang biasanya berseberangan dengan pergerakan harga emas karena nilai emas menjadi lebih murah daripada ketika greenback, nama lain dolar AS, melemah. Hal ini karena masih dianggap sebagai instrumen yang dianggap lebih aman itulah, emas bersifat lindung nilai atau hedging dari nilai investasi yang lain.