Jumat 04 Oct 2019 17:32 WIB

Jumlah Kelahiran Kembar di AS Berada dalam Tingkat Terendah

Menurut CDC turunnya kelahiran kembar di AS justru kabar baik.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Anak kembar
Foto: republika
Anak kembar

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Data Pemerintah Amerika Serikat (AS) terbaru menunjukkan angka kelahiran kembar di negara itu telah berada dalam posisi terendah dalam satu dekade terakhir. Jumlah ibu yang melahirkan anak kembar terus mengalami penurunan hingga saat ini.

Hal tersebut dikatakan terjadi karena berbagai faktor.  Dalam laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Kamis (3/10), angka kelahiran kembar di sana pernah memuncak pada 2014, namun telah menuruh sebanyak empat persen sejak tahun itu hingga sekarang.

Sebelumnya, kelahiran kembar mengalami peningkatan di AS selama lebih dari tiga dekade. Sebagian besar didiorong banyak ibu berusia lanjut menjalani perawatan kesuburan.

Meski angka kelahiran kembar di Negeri Paman Sam menurun, sejumlah pejabat kesehatan AS mengatakan bahwa itu adalah kabar baik. Kehamilan kembar atau lebih dari satu dalam satu waktu dikatakan dapat meningkatkan resiko komplikasi dan kematian bagi ibu dan janinnya, termasuk kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.

"Di media, kita sering melihat betapa lucunya kisah mengenai anak kembar dan betapa hebatnya mereka yang dapat memiliki dua bayi dalam satu waktu yang sama. Tetapi, cerita-cerita ini tidak berfokus pada resiko yang ada di belakangnya,” ujar dokter dari CDC, Dmitry Kissin, pada Jumat (4/10).

Pada tahun lalu, sekitar 124 ribu bayi yang ada di AS adalah anak kembar. Setidaknya satu dari setiap 31 kelahiran adalah kembar, sama dengan satu dekade sebelumnya. Angka ini memuncak pada satu banding 29 pada 2014.

CDC tidak merilis angka dalam kelahiran kembar tiga atau lainnya, namun menunjukkan tren itu dengan cara yang sama. Penurunan angka kelahiran kembar yang saat ini terjadi belum diketahui sebabnya dengan pasti oleh para ahli. Penulis utama laporan, Joyce Martin mencatat penurunan hanya terjadi pada perempuan kulit putih dan wanita berusia 30 atau lebih.

Para perempuan itu merupakan pelanggan dari perawatan  fertilisasi in vitro yang mahal, yang terlibat dalam sekitar 15 persen kelahiran kembar. Disebutkan bahwa ada pergeseran dalam cara teknik itu dilakukan.

Fertilisasi in vitro melibatkan pembedahan telur dari ovarium, menggabungkannya dengan sperma di laboratorium, dan mentransfer embrio yang sudah berumur beberapa hari ke rahim perempuan. Lebih dari satu dekade yang lalu, cara ini dijadikan standar untuk menanamkan dua atau lebih embrio untuk meningkatkan peluang keberhasilan, namun ternyata cara itu juga sangat meningkatkan peluang untuk memiliki lebih dari satu bayi di waktu yang sama.

Sejak itu, ada kemajuan dalam menumbuhkan embrio lebih lama di lab dan mengujinya untuk masalah genetik. Aaron Styer, spesialis perawatan ketidaksuburan di Chestnut Hill, Massachusetts mengatakan hal ini juga memungkinkan dokter untuk memilih embrio tunggal terbaik untuk digunakan.

Styer mengatakan tingkat keberhasilan untuk satu embrio naik dari sekitar 20 persen pada era 1980-an, menjadi sekitar 50 persen hingga saat ini. Sementara itu, perusahaan asuransi dan organisasi medis semakin mendorong dokter untuk lebih memilih mentransfer embrio tunggal.

“Pasien telah memilihnya dan mereka mengerti bahwa itu adalah kehamilan ideal,” kata Styer.

Sementara itu, Kissin mengungkapkan berdasarkan data bahwa saat ini ada sekitar dua pertiga dari prosedur IVF yang menggunakan hanya satu embrio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement