Kamis 03 Oct 2019 05:53 WIB

Kampung Batik Laweyan Terapkan Eco Culture Creative Batik

Program ini sudah dibuat agar limbah batik bisa lebih ramah lingkungan.

Warga melintas di depan mural bertema ramadan di kampung wisata batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (24/5). (Ilustrasi)
Foto: Antara/Maulana Surya
Warga melintas di depan mural bertema ramadan di kampung wisata batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (24/5). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kampung Batik Laweyan yang berada di Kota Solo, Jawa Tengah, mulai menerapkan konsep Eco Culture Creative Batik agar lebih ramah lingkungan. Program ini sudah dirintis di Kampung Batik Laweyan sejak beberapa tahun terakhir.

"Tujuannya adalah untuk menciptakan kawasan industri yang makin produktif, namun tidak mencemari lingkungan," kata Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan Alphafebela Priyatmono pada pertemuan antara pengusaha, pedagang, dan pegiat batik nusantara di Solo, Rabu (2/10).

Baca Juga

Ia mengatakan konsep tersebut penting diangkat karena industri batik merupakan salah satu faktor yang mencemari air sungai. "Dengan pengembangan konsep ramah lingkungan ini harapannya bisa meminimalisasi limbah produksi agar tidak mengotori lingkungan," katanya.

Ia mengatakan konsep Eco Culture Creative Batik dimulai dengan mengkampanyekan pentingnya keberadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk menyaring limbah-limbah produksi batik. Dengan demikian limbah batik tidak secara langsung mengotori lingkungan saat dialirkan ke sungai.

 

"Sebetulnya di tempat saya ada IPAL komunal tetapi belum dimanfaatkan oleh setiap rumah produksi batik. Beberapa di antaranya memang sudah punya IPAL pribadi tetapi ada juga yang belum. Ini akan kami kembangkan agar semuanya bisa terhubung ke IPAL," katanya.

Ia mengatakan saat ini setidaknya ada sebanyak 88 produsen batik di Kampung Laweyan dan puluhan pengusaha lainnya yang berada di kelurahan sekitar Laweyan. "Seluruhnya sepakat mengusung konsep ramah lingkungan ini. Harapannya ke depan Solo bisa ditetapkan sebagai pusatnya Eco Culture Creative Batik di Indonesia," katanya.

Pada kesempatan yang sama Pengurus Yayasan Warna-warni Indonesia Sulis Setyadi menyatakan dukungannya atas konsep tersebut. "Pada prinsipnya industri bukan hanya untuk memajukan proses jual belinya, tetapi juga harus mendukung pelestarian lingkungan sekitar," katanya.

Sebagaimana diketahui, pertemuan tersebut sebagai bagian dari peringatan Hari Batik Nasional 2019 yang diselenggarakan di Kota Solo. Sebelumnya, pada hari yang sama Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menghadiri peringatan hari batik tersebut di Istana Mangkunegaran Surakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement