Kamis 03 Oct 2019 01:23 WIB

Batik Tulis Tergerus Batik Tekstil

Batik tulis merupakan bentuk kesejatian batik itu sendiri.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

CIREBON, AYOBANDUNG.COM -- Batik klasik keraton Cirebon menghadapi tantangan atas pemahaman eksistensinya. Hal ini menambah kompleksitas problem batik secara umum.

Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, menyebutkan sedikitnya ada sepuluh motif batik klasik keraton Cirebon. "Ada Kangkungan, Singa Barong, Wadasan, Patran Keris, Patran Payung, Patran Kangkung, Sunyaragen, Sawat Penganten, Dalungan, Teratai, dan lainnya," beber Arief, Rabu (2/10/2019).

Sayang, belakangan ini batik klasik keraton kehilangan 'wibawa'. Arief yang juga Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) ini mengungkapkan, batik klasik keraton kini banyak beredar secara umum dan digunakan sembarangan orang.

Padahal, tegasnya, ada tata krama yang harus dihormati oleh orang yang mengenakan batik klasik keraton. Dia menyontohkan, batik bermotif Sawat Pengantin seharusnya hanya dikenakan untuk pernikahan oleh pengantin. "Tapi, saat ini malah digunakan sehari-hari," cetusnya.

Penggunaan kain batik klasik keraton sendiri telah menambah kompleksitas problem yang dihadapi batik secara umum. Dia menuturkan, batik tulis merupakan bentuk kesejatian batik itu sendiri. Namun, saat ini posisi batik tulis jatuh karena keberadaan batik cap dan tekstil.

Produk batik cap dan tekstil membuat keberadaan batik tulis 'menipis'. Masyarakat kebanyakan tak bisa membedakan batik tulis dan bukan. "Produk batik cap dan tekstil harganya sangat murah, sehingga menjatuhkan batik tulis," ujarnya.

Selain itu, eksistensi batik di Cirebon khususnya juga terancam akibat makin berkurangnya generasi penerus pebatik. Kondisi itu akhirnya membuat Cirebon justru kebanjiran pebatik dari daerah lain, seperti Pekalongan, Jawa Tengah.

Karena itu, menurutnya, perlu ada upaya untuk meregenerasi pebatik. Dia mengingatkan, Cirebon sebagai pusat batik harus mempertahankan dan melestarikan batik-batik klasik dan khas Cirebon.

Pihaknya sendiri selama tiga tahun terakhir telah membina magersari di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon untuk bisa membatik, khususnya batik-batik klasik keraton. "Alhamdulillah sudah menghasilkan batik-batik dan berpameran di Cirebon maupun Jakarta," imbuhnya.

Menurutnya, keraton-keraton se-nusantara merupakan pusat wastra tradisional dan menjadi bagian penting peradaban kain batik di Indonesia yang perlu dilindungi.

Bertepatan dengan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober ini, pihaknya mengajak khalayak mengenakan pakaian batik.

"Pada 2 Oktober 2009 UNESCO menetapkan batik sebagai Masterpieces of The Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Benda. Maka, hari ini mari kita kenakan baju batik," ajaknya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement