REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shaun si domba penuh akal cerdik, kini hadir dengan petualangan baru. Pada film A Shaun the Sheep Movie: Farmageddon yang sudah tayang di Indonesia, Shaun membantu sesosok spesies berbeda yang berasal dari planet lain.
Mahkluk menggemaskan berwarna keunguan itu bernama Lu-La. Dia terjatuh di bumi karena tidak bisa mengendalikan pesawat luar angkasa. Lu-La tersesat hingga ke peternakan Mossy Bottom tempat tinggal Shaun, si anjing Bitzer, serta kawanan domba.
Shaun, Bitzer, dan hewan-hewan lain di peternakan saling membantu menyusun strategi memulangkan kawan baru mereka. Di saat yang sama, sekelompok orang pemburu alien menemukan pesawat antariksa Lu-La dan berambisi menangkapnya.
Cerita Shaun kali ini masih penuh komedi dan menyenangkan. Durasi 87 menit berlalu tanpa terasa karena aksi kocak cenderung absurd para tokoh dalam film. Sinema animasi stop motion itu tetap menghibur seperti versi serialnya.
Sebelum ini, kisah Shaun pernah dituangkan ke layar lebar dengan judul Shaun the Sheep Movie rilisan 2015. Kala itu, Mark Burton dan Richard Starzak menjadi sutradara film. Kini, tampuk penyutradaraan berpindah ke duo Will Becher dan Richard Phelan.
Meski merupakan sekuel kedua pada wujud layar lebar, cerita di film kali ini tidak berhubungan dengan pendahulunya. A Shaun the Sheep Movie: Farmageddon lebih mengulas tema spesifik mengenai perpaduan kehidupan peternakan dan hal-hal berbau alien.
Hal itu sesuai dengan judul "Farmageddon", gabungan dari farm (peternakan atau pertanian) dan "Armageddon" (judul film bencana antariksa). Tema antariksa memang sering menjadi topik utama berbagai tayangan, tapi film ini berhasil menyajikannya dengan segar.
Sinema produksi Aardman Animations yang didistribusikan StudioCanal ini menyisipkan pesan persahabatan, impian masa kanak-kanak, dan pentingnya keluarga. Anak-anak maupun orang dewasa bisa menikmati film semua umur ini dan keluar dari bioskop dengan tawa yang masih tersisa.