Sabtu 28 Sep 2019 06:40 WIB

Lapar? Awas, Jangan Bercicit Dulu

Cicitan negatif di media sosial beberapa diantaranya terjadi saat lapar.

Rep: Noer Qomariah/ Red: Indira Rezkisari
Rasa lapar.
Foto: Flickr
Rasa lapar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial bisa banyak memberikan manfaat bagi penggunanya. Pada dasarnya, media sosial merupakan wadah untuk saling berbagi.

Namun di sisi lain, media sosial juga memiliki efek negatif. Salah satunya, unggahan kemarahan dan kebencian yang sulit dikendalikan.

Baca Juga

Menurut data dari Crimson Hexagon, dari awal tahun ini hingga Juli 2019, ada 15,2 juta pembicaraan dengan kata-kata negatif. Jika dihitung, berarti dalam satu hari ada 70 ribu lebih pesan negatif yang orang luapkan di berbagai media sosial.

 

Sebelumnya pada 2017, ada 3,3 juta unggahan pesan negatif di media sosial. Kemudian, ada 8,3 juta unggahan pesan negatif di media sosial pada 2018.

Data ini yang menjadi dasar ABC Sari Kacang Hijau untuk melihat apakah unggahan pesan negatif di media sosial berkaitan dengan rasa lapar. Marketing Manager Ready to Eat & Beverage Kraft Heinz ABC Indonesia, Anissa Permatadietha mengungkapkan ABC Sari Kacang Hijau bersama mitra analisis Xquisite Informatics menganalisis cicitan di platform media sosial Twitter.

Ia mendapatkan data dari pukul 09.00 sampai 12.00 WIB tren unggahan kicauan kata-kata negatif meningkat.  Waktu tersebut adalah waktu orang merasa lapar.

Kemudian pukul 12.00 hingga 13.00 WIB, orang akan menyantap hidangan makan siang mereka. "Setelah orang makan, trennya turun sedikit dan hungry (tweetnya) tidak kelihatan meningkat lagi seperti sebelumnya," ujar perempuan yang akrab disapa Dietha ini dalam acara ABC Sari Kacang Hijau #AntiMaper di Semanggi, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pada pukul 16.00 hingga sekitar 20.00 WIB, unggahan kicauan kata-kata negatif kembali meningkat. Sebab, kondisi tersebut merupakan waktu sebelum makan malam.

Setelah makan malam sekitar pukul 20.00 sampai 21.00 WIB, unggahan pesan negatif mereda, begitu pula hungry tweet. Peningkatan paling tinggi terjadi di malam hari, dalam rentang waktu pukul 21.00 hingga 24.00 WIB.

"Ini yang coba kita elaborasi dan cari tahu. Di sini korelasinya ABC Sari Kacang Hijau bisa membantu sebagai pencegah rasa lapar yang bisa dikonsumsi kapan saja," kata Dietha.

Selama dua tahun terakhir, ABC Sari Kacang Hijau secara konsisten terus mengkomunikasikan misinya untuk mengurangi kemarahan dengan mengendalikan rasa lapar. Sebab orang akan mudah marah ketika mereka lapar, terutama orang di rentang usia 18 hingga 30 tahun.

 

Pada 2018 ABC Sari Kacang Hijau membuat sebuah kampanye marketing untuk mengurangi kemarahan di lalu lintas. Tahun ini, mereka meluncurkan sebuah inisiatif mengurangi kemarahan di media sosial.

ABC Sari Kacang Hijau Anti Maper (Marah Laper) merupakan sebuah langkah baru untuk mengurangi kemarahan di media sosial di Indonesia. Melalui kampanye ini, ABC Sari Kacang Hijau percaya dengan mengurangi rasa lapar, tingkat kemarahan akan menurun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement