Sabtu 28 Sep 2019 05:15 WIB

Cara Japan Airline Peringatkan Penumpang Ada Bayi di Pesawat

Penumpang yang melakukan pemesanan tiket dapat melihat posisi dimana bayi duduk.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Bayi ikut dalam penerbangan pesawat
Foto: motherandbaby.co.uk
Bayi ikut dalam penerbangan pesawat

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Maskapai penerbangan Jepang Japan Airlines (JAL) meluncurkan sebuah tanda atau ikon di laman pilihan kursi yang berfungsi memberi tahu penumpang ada anak di usia antara delapan hari hingga dua tahun yang berada dalam pesawat. Child icon atau ikon anak akan secara otomatis muncul saat ada seorang anak duduk yang diharapkan membuat para orang dewasa mengantisipasi.

Dalam penerbangan jarak jauh, tak jarang anak-anak akan menangis karena merasa tidak nyaman di bagian pendengaran mereka. Karenanya, banyak yang mungkin tidak ingin duduk berdekatan dengan anak-anak karena tidak tahan mendengar tangisan bayi yang dapat menganggu kenyamanan mereka.

Baca Juga

Namun, dengan fitur terbaru JAL, penumpang yang melakukan pemesanan tiket dapat melihat posisi di mana adanya bayi atau balita duduk. Ikon anak akan secara otomatis muncul di kursi yang ditempati anak-anak. Hal tersebut untuk mengingatkan penumpang yang belum memilih tempat duduk mereka.

Meski demikian, fitur ini tidak menjamin penumpang akan sepenuhnya terbebas dari suara anak-anak yang menangis atau berteriak. Selain itu, ikon anak tidak akan muncul jika penumpang memesan penerbangan mereka melalui pihak ketiga atau menjadi bagian dari grup wisata, serta jika ada perubahan dalam menit-menit terakhir.

JAL dan maskapai lain saat ini belum menemukan cara mengantisipasi pemesanan kursi oleh orang yang memiliki kebiasaan mendengkur dan penumpang yang sepenuhnya bersandar pada kursi mereka saat makan. Namun, fitur terbaru JAL atas simbol anak ini menarik pujian dari beberapa pengguna media sosial.

"Terima kasih, @JAL_Official_jp untuk mengingatkan saya adanya di bayi yang mengikuti perjalanan selama 13 jam. Ini benar-benar harus diwajibkan secara menyeluruh,” ujar Rahat Ahmed, seorang pengusaha melalui akun Twitter.

Namun, sejumlah orang justru mengecam para pelancong yang dinilai tidak toleran terhadap sesama penumpang. Beberapa mengatakan semua manusia pada awalnya adalah bayi dan diperlukan toleransi atas hal itu.

“Mereka adalah bayi, seperti kita semua dulu. Kita perlu belajar toleransi atau akan segera mulai membutuhkan peta lokasi kursi untuk pernafasan mulut, air liur, perempat, pemabuk, dan mungkin lebih banyak hal dalam hidup,” kata seorang pengguna Twitter lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement