Selasa 24 Sep 2019 22:38 WIB

Pakar: Rokok Elektrik Lebih Berbahaya

Rokok elektrik mengandung bahan toksik yang bersifat iritatif.

Rokok Elektrik
Foto: Reason
Rokok Elektrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, rokok elektronik jauh lebih berbahaya daripada rokok biasa karena mengandung bahan toksik lain yang bersifat iritatif. Bahan toksik lain yang terdapat pada rokok elektronik bersifat iritatif, toksik dan dapat menyebabkan induksi peradangan pada paru.

"Rokok elektronik sama saja dengan rokok biasa karena mengandung nikotin yang menyebabkan kecanduan dan bahan karsinogenik yang dapat memicu kanker," kata Agus dalam jumpa pers yang diadakan Komite Nasional Pengendalian Tembakau di Jakarta, Selasa (24/9).

Baca Juga

Menurut Agus, berdasarkan penelitian Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Persahabatan pada 2018 terhadap 71 subyek laki-laki, 34 adalah pengguna rokok elektronik dan 37 bukan pengguna, 76,5 persen laki-laki pengguna rokok elektronik memiliki ketergantungan terhadap nikotin.

"Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan di banyak negara, cairan rokok elektronik meningkatkan peradangan dan peningkatan infeksi virus pada sel epitel saluran nafas manusia," tuturnya.

Kasus-kasus gangguan paru pada pengguna rokok elektronik di beberapa negara juga terjadi dalam waktu yang relatif singkat, hanya dalam hitungan bulan, bahkan minggu, sejak rokok elektronik digunakan pertama kali. Hal itu berbeda dengan rokok biasa, yang dampaknya terhadap kesehatan baru akan terlihat dalam waktu lama, hingga bertahun-tahun.

Dari berbagai kasus di luar negeri maupun di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa rokok elektronik meningkatkan gejala gangguan pernafasan dan risiko asma. "Rokok elektronik juga menjadi faktor risiko kejadian pneumotoraks dan berhubungan dengan berbagai tipe pneumonitis dan gangguan pernafasan akut berat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement