Selasa 24 Sep 2019 10:28 WIB

Wisata di Jabar Lebih Diminati Milenial

Disparbud Jabar siap menggelar acara budaya WJFest 2019.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Wali Kota Cimahi, Ajay M Priatna tengah mencoba bus wisata Saba Kota Cimahi (Sakoci) yang diperoleh dari hibah Pemprov Jabar, Selasa (25/12). Bus berkonsep art deco digunakan untuk wisatawan yang hendak mengelilingi Kota Cimahi dan mengetahui heritage militer.
Foto: Humas Pemkot Cimahi
Wali Kota Cimahi, Ajay M Priatna tengah mencoba bus wisata Saba Kota Cimahi (Sakoci) yang diperoleh dari hibah Pemprov Jabar, Selasa (25/12). Bus berkonsep art deco digunakan untuk wisatawan yang hendak mengelilingi Kota Cimahi dan mengetahui heritage militer.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat siap menggelar acara budaya Jawa Barat bertajuk West Java Festival 2019 (WJFest 2019). Menurut Kepala Disparbud Jabar, Dedi Taufik, selain merealisasikan visi Gubernur Jawa Barat dalam pelestarian budaya, festival ini diharapkan bisa lebih meningkatkan promosi di sektor pariwisata.

Menurut Dedi, WJFest 2019 dihelat pada 18 sampai 20 Oktober 2019 di Gedung Sate. Fokus utama dalam acara ini adalah mengangkat ragam budaya sekaligus melakukan pendekatan strategi meningkatkan kunjungan wisatawan secara luas, termasuk anak muda.

photo
Kadisparbud Jabar, Dedi Taufik (Foto:Istimewa)

“Dalam era revolusi industri 4.0 dan perkembangan segmentasi pasar pariwisata jawa barat yang lebih diminati oleh kaum Milenial sebesar 49 persen,” ujar Dedi kepada wartawan, Senin (23/9).

Dedi menjelaskan, mengusung tema “Honour Cultural Diversity”, ada beberapa konten yang akan menjadi sajian utama festival tersebut. Di antaranya, karnaval budaya yang dijadwalkan berlangsung pada 18 Oktober Karnaval Budaya dengan melibatkan organisani perangkat daerah (OPD) Pemerintah Provinsi.

Setelah itu, kata dia, pada 19 Oktober karnaval serupa dilangsungkan dengan mengangkat kebudayaan dari 34 Provinsi dan 27 Kabupaten Kota di Jawa Barat. Tema ini dipilih, sebagai bentuk tindak lanjut dari Bhineka Tunggal Ika sekaligus sebagai perwujudan  budaya Jawa Barat . "Yakni, budaya Jabar yang someah hade ka semah (ramah, red),” katanya.

Selain karnaval, kata dia, acara tersebut dimeriahkan oleh makanan, Bussines Meeting perjalanan wisata, Exposition dan Exebition, serta Week End Market GENPI. Secara mikro, festival ini akan bisa memberi dampak ekonomi dengan kapitalisasi sebesar Rp 5 miliar, dengan asumsi dikunjungi oleh 2.5000 pengunjung.

Oleh karena itu, kata dia, ada perputaran makro ekonomi selama tiga hari minimal sebesar Rp 50 Miliar rupiah di sekitar kawasan Gedung Sate yang akan masuk ke dalam Kelompok PHRI dan ASITA serta Industri Pariwisata lainnya.

“Pada acara festival, semua sistem transaksi sebesar 80 persen akan mempergunakan cashless atau transaksi elektronik. Kami bekerjasama dengan BJB-Digi,” katanya.

Pada WJFest-2019 pun dijadwalkan sebagai penanda launching branding Pariwisata Jawa Barat, yakni Smiling West Java dan Aplikasi Fintech untuk memfasilitasi para wisatawan melalui Smiling App yang di dalamnya terdapat Sistem Informasi Pariwisata Terpadu.

Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan dukungannya terhadap acara yang bisa mengangkat kebudayaan Jawa Barat. Selain sebagai upaya pelestarian seni dan budaya lokal, hal ini bisa menjadi salah satu opsi pariwisata. 

Menurut Ridwan Kamil, ia pun telah berkomitmen menjadikan pariwisata sebagai lokomotif perekonomian karena sektor ini dapat merangkul semua kalangan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement