REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Rokok elektronik (vape) beraroma tertentu, bahkan meski tanpa nikotin, dapat mengubah cara saluran napas yang dipengaruhi oleh penyakit alergi untuk berfungsi dengan baik. Alhasil, penggunaan vape akan memperburuk keparahan penyakit seperti asma.
Untuk pertama kalinya, model asma digunakan untuk menyelidiki efek dari berbagai rasa rokok elektronik populer, dengan dan tanpa nikotin. "Ini sangat penting bagi mereka yang menderita penyakit pernapasan, yang rentan terhadap efek merokok," kata peneliti, Dr David Chapman dari dari University of Technology Sydney (UTS), dilansir Times Now News, Sabtu (21/9).
Menurut Dr Chapman, mayoritas perokok vape menggunakan cairan rasa, tetapi ada beberapa bukti bahwa zat tambahan rasa bisa beracun ketika dihirup. Penggunaan rokok elektronik telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan perokok muda secara global.
Meskipun rokok elektronik digadang-gadang sebagai alternatif yang lebih sehat untuk rokok tembakau, ada kekurangan bukti dalam studi hewan dan data manusia tentang efek vape pada fungsi paru-paru. Para peneliti menemukan bahwa beberapa rokok elektronik dengan perasa, bahkan tanpa adanya nikotin, dapat memperburuk keparahan penyakit.
"Efek pasti pada fitur asma tergantung pada rasa spesifik, menunjukkan tidak semua rokok elektronik beraroma akan memiliki konsekuensi yang sama pada kesehatan paru," kata Chapman dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Reports.
Dalam penelitian ini, rasa Black Licorice memperparah peradangan jalan napas, sedangkan Cinnacide memiliki efek sebaliknya, yakni menekan peradangan jalan nafas. Para peneliti tidak menganalisis cairan secara langsung, untuk mengkonfirmasi apa yang terkandung di dalamnya, namun ada bukti dari penelitian sebelumnya bahwa rasa yang dikategorikan sebagai "krim" dan "kayu manis", yang masing-masing termasuk "Puding Pisang" dan "Cinnacide", tergolong beracun.
Perhatian harus diambil dalam mempromosikan penggunaan rokok elektronik beraroma kepada pasien dengan penyakit pernapasan seperti asma. Selain itu, pembuat kebijakan harus mempertimbangkan membatasi penggunaan rokok elektronik beraroma, menurut peneliti.