Kamis 19 Sep 2019 12:53 WIB

Tahun 2018 Ada 448 Ribu Kasus Kanker Baru

Kanker bisa dicegah dengan deteksi dini.

 Seminar Awam 'Mengenal & Mencegah Penyakit Kanker' yang digelar di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Foto: rs dharmais
Seminar Awam 'Mengenal & Mencegah Penyakit Kanker' yang digelar di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah kasus kanker baru di Indonesia sepanjang tahun 2018 adalah 348.809 buah dengan jumlah kematian mencapai 207.210 jiwa. Diagnosis keganasan terbanyak sepanjang tahun 2018 adalah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru, kanker kolorektal, dan kanker hati.

Hal ini terungkap dalam Seminar Awam 'Mengenal & Mencegah Penyakit Kanker' yang digelar di Rumah Sakit Kanker Dharmais.  Seminar awam ini adalah salah satu bentuk edukasi RS Kanker Dharmais untuk meningkatkan kepedulian dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker. Diharapkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kanker akan mendorong bertambahnya diagnosis dini kanker dan kesadaran melakukan deteksi dini.

Baca Juga

Semua keganasan tersebut dapat dideteksi secara dini sehingga dapat diterapi secara efektif. Skrining dan penegakan diagnosis pada stadium dini dapat meningkatkan kesintasan dan kualitas hidup pasien kanker secara signifikan.

Diagnosis dini adalah upaya identifikasi kanker pada orang yang memiliki gejala awal penyakit keganasan. Hal ini berbeda dengan skrining kanker, yang bertujuan untuk mengidentifikasi lesi pre-kanker pada orang sehat.

photo
dr Widyorini L Hanafi, SPOG. (Kepala Instalasi Deteksi Dini dan PKRS) memberikan konsultasi kepada peserta.

Tiga langkah diagnosis dini terdiri dari waspada terhadap gejala kanker dan kemudahan mendapatkan layanan kesehatan (accessing care), evaluasi klinis, diagnosis dan staging, serta akses terapi termasuk terapi anti nyeri. Pencegahan kanker dapat dilakukan pada 30 – 50 persen kasus.

Kementerian kesehatan Republik Indonesia mesosialisasikan tindakan promotif dan prefentif kanker melalui program CERDIK. CERDIK adalah akronim dari Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas disik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.

Perokok aktif memiliki risiko terkena kanker paru, esofagus, laring, kanker leher rahim lebih tinggi. Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif pun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker paru.

Aktivitas fisik, menjaga berat badan, dan mengkonsumsi masakan sehat dapat mengurangi risiko terkena kanker. Mengkonsumsi alcohol meningkatkan risiko kanker rongga mulut, faring, laring, hati, kolon-rektal dan payudara.

Risiko kanker akan meningkat tajam pada orang yang mengkonsumsi alcohol dan merokok. Infeksi dapat meningkatkan risiko kejadian kanker tertentu, infeksi Human papilloma virus (HPV) meningkatkan risiko kejadian kanker leher rahim, infeksi hepatitis B dan C meningkatkan risiko kejadian kanker hati, dan infeksi virus Epstein-Barr akan meningkatkan kejadian kanker nasofaring. P

olusi lingkungan dan radiasi adalah stressor bagi tubuh yang dapat meningkatkan risiko berbagai keganasan. Radiasi ultraviolet (UV) dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit dan melanoma.

Seminar ini adalah salah satu langkah RSKD mendukung program Kementerian Kesehatan untuk melakukan tidakan promotif dan preventif terhadap kanker, serta berupaya mengenalkan ke masyarakat luas mengenai kanker untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan masyarakat. Seminar ini dilengkapi dengan deteksi dini yaitu pemeriksaan mammografi, IVA (Infeksi Visual Asam Asetat), dan pemeriksaan PSA (prostat specific antigen), tanpa biaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement