Senin 16 Sep 2019 16:15 WIB

Dokter Tanggapi Kasus Bayi Minum Kopi

Bayi di Sulawesi Barat diberi kopi karena orang tuanya tak mampu beli susu.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Kopi Hitam (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Kopi Hitam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar seorang bayi asal Desa Tonro Lima, Polewali Mandar, Sulawesi Barat yang diberi kopi sejak berusia enam bulan viral setelah diberitakan media massa. Orang tua sang bayi mengaku tak mempu membeli susu hingga buah hatinya yang kini berusia 14 bulan minum kopi.

Menurut pakar kesehatan ibu dan anak dari Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia, dr. Agustini Raintung, orang tua sebetulnya tidak perlu memberikan susu formula untuk bayi yang sudah berusia di atas enam bulan. Pada usia tersebut, sang ibu seharusnya mulai rutin memberikan makanan pendamping ASI (MPASI).

Baca Juga

"Ibunya seharusnya masih bisa memproduksi ASI, semakin banyak diisap oleh bayi, semakin banyak ASI-nya. Lalu berikan MPASI dengan gizi seimbang," jelas Agustini kepada Republika.co.id, Senin (16/9).

Pemberian kopi terhadap bayi, menurut Agustini, dapat menyebabkan gizi buruk hingga stunting. Ia mengingatkan, bayi berusia di atas enam bulan tidak perlu diberikan susu formula jika ada makanan pendamping ASI (MPASI).

Agustini menjelaskan bahwa MPASI harus memuat gizi seimbang yang bisa berasal dari nasi, lauk-pauk (protein hewani dan nabati), sayuran dan buah. Ragam pangan daerah seperti sagu, keladi, dan jagung juga dapat dikonsumsi, tidak terbatas pada nasi saja.

Sementara itu, dampak pemberian kopi pada bayi akan mengakibatkan gizi buruk pada bayi tersebut, bahkan dapat menyebabkan stunting dan berpengaruh pada pertumbuhan fungsi otak. Hal ini dikarenakan konsumsi berlebihan dari gula serta kopi yang mengandung kafein.

Agustini mengingatkan bahwa fase penting pertumbuhan fisik dan otak anak berada dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Fase itu dimulai sejak mulai kehamilan hingga usia dua tahun.

"Ini yang harus diperhatikan, karena kecerdasan anak bergantung pada perkembangan dalam 1000 HPK tersebut," kata Agustini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement