REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWNAGI -- Sendratari Meras Gandrung yang rutin digelar Banyuwangi setiap bulan menjadi atraksi menarik tersendiri bagi wisatawan. Tidak hanya atraksinya yang memukau, namun Taman Gandrung Terakota yang menjadi area pertunjukan juga menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjungnya.
Atraksi seni ini dibungkus dalam sebuah event Festival Lembah Ijen. Sendratari Meras Gandrung merupakan sebuah pertunjukkan drama minim dialog yang dikemas dalam bentuk tari tradisional yang mengisahkan tentang perjalanan penari menjadi seorang "Gandrung'. Di mana dia tidak hanya dituntut menjadi seorang penari profesional, namun juga harus bisa menjadi sinden.
Sendratari ini mengambil seting masa kolonial Belanda karena Gandrung di masa itu memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pertunjukan ini diiringi oleh musik gamelan dan melibatkan hingga puluhan pemain.
Pemain mengenakan kostum suku Osing, suku lokal setempat, dengan paduan kain batik sebagai ciri khasnya. Selama satu jam, pengunjung disuguhi atraksi memukau suara indah pesinden dan para penari yang berusia dari 6 hingga 60 tahun.
Sendratari Meras Gandrung.
Atraksi itu mendapat pujian dari penontonnya, termasuk tiga kepala daerah lintas kepulauan di Indonesia yang tengah berkunjung ke Banyuwangi dan menyempatkan diri menontonnya pada Sabtu (14/9). Mereka adalah Bupati Tapanuli Selatan Sumatra Selatan, Syahrul M Pasaribu; Bupati Manggarai NTT, Deno Kamelus; dan Bupati Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, Amrullah.
“Luar biasa bagus. Pertunjukan ini bisa jadi sumber inspirasi bagi kami bagaimana melestarikan budaya lokal dan mengembangkan ekonomi rakyat. Lewat atraksi semacam ini, orang makin kenal dengan kebudayaan lokal setempat. Seperti ini kan kami akhirnya tahu kisa Gandrung yang sangat identik Banyuwangi ini," kata Bupati Tapsel Syahrul.
Para kepala daerah tersebut tak hanya menikmati atraksi seni yang disuguhkan, namun kesejukan dan keelokan area pertunjukan membuat mereka terpukau.
“Ini inspirasi bagi kami untuk membuat atraksi serupa yang menampilkan kebudayaan lokal kami secara rutin. Tempatnya ini indah sekali," puji Bupati Konawe, Amrullah.
Atraksi ini digelar di sebuah amfiteater terbuka yang berada di Taman Gandrung Terakota di kawasan Jiwa Jawa Resort. Kawasan ini berada di ketinggian dataran Banyuwangi, tepatnya di Desa Tamansari, Kecamatan Licin Banyuwangi yang berada di kaki Gunung Ijen.
Amfiteater ini menawarkan pemandangan dengan latar belakang persawahan dengan ratusan patung terakota berwujud penari Gandrung yang tersebar di antaranya.
Bupati Banyuwangi Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang menemani tiga bupati tersebut mengatakan pemkab terus mendorong proses regenerasi seni dan budaya di Banyuwangi. Salah satunya dengan rutin menggelar pertunjukan seni yang melibatkan anak-anak muda. Seperti Sendratari Meras Gandrung.
"Kebudayaan ini harus tetap lestari di tengah kemajuan daerah kami. Seni dan budaya daerah adalah identitas bangsa, sekaligus kekayaan bangsa yang perlu kita jaga dan tetap dihidupkan oleh generasi muda. Kolaborasi dengan pihak swasta seperti inilah salah satu upaya yang kita lakukan untuk tetap melestarikan budaya,” kata Anas.
Selain ajang regenerasi budaya, imbuh Anas, Festival Lembah Ijen juga menjadi instrumen untuk mempromosikan kebudayaan Banyuwangi kepada khalayak luas.
“Ajang ini tidak sekedar untuk mencetak bibit-bibit penari baru. Tapi juga untuk promosi kearifan lokal warga setempat, dan juga melestarikan kebudayaan Banyuwangi, terutama gandrung yang kini telah digandrungi masyarakat,” pungkasnya.