Senin 09 Sep 2019 08:01 WIB

Hayya Angkat Tema Kemanusiaan dan Empati

Film Hayya ingin menunjukkan pentingnya berempati.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indira Rezkisari
Adegan dalm film Hayya The Power Of Love 2
Foto: Ist
Adegan dalm film Hayya The Power Of Love 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Film terbaru Warna Pictures Hayya: The Power Of Love 2 akan mengangkat tema peduli kemanusiaan dan empati. Film yang akan tayang di biokop mulai 19 September itu, ingin mengingatkan pada penonton pentingnya empati pada sesama manusia.

“Ini tema peduli kemanusiaan. Kita ingin mengangkat empati itu penting sekali. Cukup menjadi manusia untuk peduli pada orang lain, tak perlu saudara seiman, sesuku, sebangsa untuk pedui pada orang lain,” kata Eksekutif Produser Hayya: The Power Of Love 2, Ustaz Erick Yusuf dalam konferensi pers di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan, Ahad (8/9) malam.

Baca Juga

Dia mengatakan film besutan sutradara Justis Arimba itu mengingatkan bahwa seseorang perlu melepaskan identitas untuk peduli pada orang lain. Dengan mengangkat kisah pilu anak Palestina, Erick mengatakan film Hayya menjadi simbol bahwa seluruh anak di dunia harus lepas dari perundungan, ketakutan, dan kekhawatiran. Karena itu, menurut dia, banyak permasalahan yang menyangkut anak, harus menjadi perhatian bersama.

“Anak di daerah konflik ini, masalah semuanya bukan hanya masalah bangsa itu, makanya ini punya nilai universal,” ujar Erick.

Melalui film Hayya, Erick mengatakan tim produksi juga ingin meluruskan tema besar film The Power Of Love. Mulai dari pertama, kedua, hingga seterusnya tidak berkaitan dengan urusan politik. Dia tak menampik ihwal banyaknya orang yang menginterpretasikan film The Power Of Love pertama ke arah politik, bukan semata sebagai karya seni.

“Dari awal, kita tak bikin film politik. Ini murni, lihatlah film ini, pesan untuk mengangkat masalah kemanusiaan. Bagaimana masalah keluarga ini yang kita tawarkan,” kata Erick.

Dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia, tim produksi sengaja menyelipkan euforia perayaan khas 17-an di film Hayya. Hal itu mengandung arti bahwa Palestina merupakan salah satu bangsa pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.

Melalui film Hayya, Erick dan tim produksi juga ingin menawarkan film alternatif positif pada masyarakat di bioskop, terutama generasi milenial. Menurut dia, Indonesia butuh film alternatif untuk mewarnai dunia perfilman di Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement