Ahad 08 Sep 2019 07:30 WIB

Baik Buruk Kafein untuk Anak

Penggunaan kafein remaja dapat membuat otak lebih rentan di kemudian hari.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Secangkir Kopi / Ilustrasi
Foto: Nora Azizah/Republika
Secangkir Kopi / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Beberapa waktu sempat beredar foto beberapa anak kecil berkumpul di meja sebuah kedai kopi. Apakah konsumsi kopi bagi anak-anak dan remaja aman untuk masa depan mereka?

Sebuah laporan industri tahun 2017 dari National Coffee Association menemukan persentase orang Amerika berusia 13 hingga 18 tahun yang meminum kopi setiap hari telah meningkat menjadi 37 persen. Angka itu mengalami peningkatan 14 poin sejak 2014.

Gambaran anak-anak hingga remaja meminum kopi memang sedikit aneh sebab kopi diidentikan dengan kebiasaan orang dewasa. Meski begitu, kopi oleh banyak penelitian menunjukan membawa efek positif bagi tubuh manusia.

Studi terbaru menemukan, konsumsi kopi dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan kematian dini. Walaupun kopi pernah diindikasikan sebagai penyebab mengacaukan tidur untuk seseorang. Padahal, kopi mengandung beberapa senyawa antioksidan, termasuk polifenol, yang tampaknya memiliki efek anti-inflamasi yang sehat.

Tapi beberapa minuman kopi paling populer saat ini mengandung lebih dari sekadar kopi. Gula adalah bahan utama dalam pembuatan latte dan cappuccino eksklusif di rantai kopi populer.

Contoh saja Starbucks yang menjual “Double Chocolaty Chip Crème Frappuccino” yang mengandung 52 gram gula atau setara dengan jumlah gula dalam Coca Cola 16 ons. Pada titik tertentu yang tampak seolah-olah menjadi permen berkafein.

Jumlah gula tersebut jauh melebihi maksimum 25 gram per hari yang disarankan oleh American Heart Association untuk orang yang berusia di bawah 18 tahun. Banayak ahli telah mempelajari efek kesehatan dari gula yang bisa meningkatkan risiko obesitas dan diabetes, dan mungkin juga untuk masalah perkembangan kognitif untuk anak remaja.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan, anak-anak berusia 12 hingga 18 tahun mengonsumsi tidak lebih dari 100 mg kafein per hari, yaitu sekitar jumlah delapan ons atau setara satu cangkir kopi. Jumlah ini terkadang lebih karena kafein bisa didapatkan dari jenis minuman lain pula.

"Kami melakukan penelitian pada anak-anak dan kafein selama satu dekade, dan kami menemukan bahwa dalam kisaran apa yang biasanya dikonsumsi, mulai dari satu kaleng soda hingga beberapa cangkir kopi (kafein) tampaknya tidak memiliki efek buruk. tentang fisiologi atau suasana hati," kata Profesor dan direktur Laboratorium Penelitian Nutrisi dan Kesehatan di Universitas Buffalo Jennifer Temple, dikutip dari Time, Sabtu (7/9).

Prof. Temple pun menyatakan, kafein yang dikonsumsi di sore atau malam hari dapat mengganggu tidur anak remaja. Padahal waktu tidur lebih berarti bagi mereka ketimbang orang dewasa.

Beberapa laporan baru-baru ini menemukan, remaja saat ini kurang tidur daripada biasanya. Namun, masih belum jelas penyebabnya, apakah kafein  pendorong utama masalah ini.(Sebagian besar penelitian tentang anak-anak dan tidur melibatkan media sosial dan penggunaan layar malam hari, bukan kafein.

"Anak-anak tidak membutuhkan kafein. Namun, apakah itu berbahaya? Jika anak muda tidur nyenyak, mungkin tidak," kata Temple.

Tapi, tidak semua penelitian tentang anak-anak yang mengonsumsi kafein itu tidak berbahaya. "Kafein adalah stimulan yang mempengaruhi sistem saraf, dan penelitian kami telah melihat bagaimana efek itu dapat mempengaruhi otak yang sedang berkembang," kata profesor psikologi dan ilmu saraf di University of Colorado Ryan Bachtell.

Untuk sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2016, Bachtell dan koleganya memberikan kafein pada tikus remaja. Mereka menemukan konsumsi kafein secara teratur mengubah cara gen diekspresikan dalam otak tikus.

Perubahan itu dapat dikaitkan dengan peningkatan gejala perilaku terkait kecemasan selama masa dewasa tikus. Perubahan itu pun serupa dengan gen pada manusia yang dapat memberikan efek sama.

Lebih banyak dari penelitian Bachtell telah menemukan tikus muda yang terpapar kafein menunjukkan sensitivitas yang lebih besar terhadap stimulan lain yang diberikan kemudian, termasuk obat-obatan terlarang seperti kokain. Meski begitu, studi tikus belum pernah diterapkan pada manusia.

Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang konsumsi kopi dan anak-anak di dunia nyata. Hanya saja, sebuah penelitian pada tahun 2014 tampaknya mengonfirmasi temuan tikus Bachtell, menunjukkan anak-anak yang mengonsumsi minuman berenergi, yang juga merupakan sumber utama kafein, mungkin berisiko lebih besar untuk mengalami kecemasan selama masa dewasa.

"Yang bisa diambil dari semua studi ini adalah penggunaan kafein remaja dapat membuat otak lebih rentan di kemudian hari. Konsekuensi buruknya tidak pasti, tetapi saya pikir sikap hati-hati diperlukan," kata Bachtell.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement