Sabtu 07 Sep 2019 10:30 WIB

Bantu Jaga Lingkungan, Mari Gunakan Pakaian Sampai Lusuh!

Pendiri jenama Folk ajak pembeli gunakan pakaian sampai lusuh.

Rep: Febryan A/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah barang dagangan dijejer rapi para pedagang di Pasar Sawarij al-Dawli, Jeddah, Ahad (18/8). Pasar ini dikenal pula dengan nama Pasar Harej atau pasar loak (barang-barang bekas)  yang bermerek, mulai dari pakaian, tas, dompet, sabuk, hingga sepatu branded.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Sejumlah barang dagangan dijejer rapi para pedagang di Pasar Sawarij al-Dawli, Jeddah, Ahad (18/8). Pasar ini dikenal pula dengan nama Pasar Harej atau pasar loak (barang-barang bekas) yang bermerek, mulai dari pakaian, tas, dompet, sabuk, hingga sepatu branded.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pendiri merek pakaian terkenal Folk, Cathal McAteer, sedang mengkampanyekan agar para pelanggannya memakai pakaian hingga tampak lusuh. Hal itu ia gaungkan terutama untuk sejumlah koleksi yang akan dirilis pada November 2019 ini di sebuah toko pakaian di London, Inggris.

Tagline yang akan digunakan untuk sejumlah koleksi terbaru Folk itu adalah "It's not fast fashion". Ia ingin meyakinkan para pelanggannya bahwa produk yang dibuat bisa bertahan lama sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.

Baca Juga

"Ini penting agar orang-orang bisa memakainya hingga lusuh," kata McAteer. Ia pun  mengaku juga senang memakai pakaian bahkan ketika sudah terlihat kusut dan usang.

McAteer ingin setiap pakaian yang ada digunakan lebih lama. Folk, menurut dia, selalu memperbaiki sejumlah pakaian yang kedapatan rusak setelah dibeli pelanggan. Jika masih layak, maka akan dijual kembali. "Atau kami bisa memberikannya untuk donasi sehingga pakaian itu bisa digunakan kembali," ucapnya.

Membuat koleksi terbaru agar tahan lebih lama adalah bentuk respons Folk terhadap kondisi terkini lingkungan hidup. McAteer dan para karyawannya menyadari bahwa pakaian memang telah jadi insdustri tapi mereka juga menyadari adanya hujan di sejumlah tempat yang terkontaminasi mikroplastik karena sejumlah industri pakaian membakar produk yang tak laku terjual.

Metode insdustri pakaian seperti itu, menurut McAteer, telah menghasilkan limbah dan polusi yang berbahaya untuk lingkungan. Ia pun mengaku kini telah melakukan sejumlah langkah kecil untuk melakukan perbaikan, setidaknya di perusahaan miliknya sendiri.

"Seluruh tim sangat senang ketika kami muali menggunakan kapas organik, nilon dan poliester daur ulang. Ini sangat positif dan kami sangat senang," ucapnya, dikutip dari The Guardian, Jumat (6/9)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement