REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama almarhum Sutopo Purwo Nugroho tidak asing di masyarakat. Mantan kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu menjadi penyampai informasi kebencanaan yang andal kepada khalayak.
Sutopo meninggal di Guangzhou, Tiongkok, 7 Juli 2019, pada umur 49 tahun setelah berjuang melawan kanker paru-paru. Kisah kehidupan dan kiprahnya tetap terkenang dan kini terabadikan lewat buku Sutopo Purwo Nugroho: Terjebak Nostalgia. Judul buku tersebut sekaligus mengingatkan pembaca akan judul lagu Raisa, penyanyi yang diidolakan Sutopo.
Buku ditulis oleh Fenty Effendy yang secara eksklusif pernah mewawancarai Sutopo. Pendiri Narasi, Najwa Shihab, menghubungkan Sutopo yang ingin biografinya ditulis dengan Fenty dan penerbit Literati.
"Semoga kisah hidup Pak Topo bisa menginspirasi dan bisa terus jadi pembelajaran bagi banyak orang seperti niatan Pak Topo sejak awal," kata Najwa yang pernah mengundang Sutopo dan keluarga menjadi narasumber di program acara "Mata Najwa".
Menurut Fenty Effendy selaku penulis, ada banyak momen inspiratif yang dia dapat selama proses penggarapan dan wawancara. Buku Terjebak Nostalgia mengisahkan berbagai momen kehidupan Sutopo, seluruh suka-duka yang dihadapi.
Terjebak Nostalgia menarasikan cerita pahit, manis, konyol, kandas, juga saat Sutopo bangkit dan menang. Fenty juga terinspirasi dengan kalimat Sutopo yang berkomitmen untuk totalitas dalam bekerja.
"Gagal jadi profesor, nyaris mengundurkan diri dari jabatan kepala Humas BNPB, menulis press release dari pemakaman, dan masih banyak lagi kisah yang diceritakan secara eksklusif kepada saya," ungkap Fenty.
Lewat buku setebal 194 halaman itu, Fenty berharap banyak orang bisa mengetahui lebih dalam sosok Sutopo. Dia memasukkan kutipan Sutopo dalam buku yang berbunyi, "Hidup itu bukan soal panjang-pendeknya usia, melainkan seberapa besar kita dapat membantu orang lain."