Kamis 05 Sep 2019 10:42 WIB

Menyelamatkan Kopi Lampung

Salah satu menjaga keberadaan kopi Lampung, yakni dengan menyetop impor kopi.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nora Azizah
Kopi Hitam (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Kopi Hitam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Maraknya impor kopi robusta asal Negara Vietnam sebanyak 1.700 ton pada tahun ini telah mengganggu tata niaga perkopian di Lampung. Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyerukan untuk mensetop impor kopi dan mengembangkan dan memajukan kopi lokal  agar dapat berjaya kembali.

Gubernur Arinal mengatakan, saat ini Provinsi Lampung menduduki peringkat kedua nasional ekspor kopi robusta dengan destinasi negara Eropah sebagai tujuah utama. namun pada 2019 terdapat impor kopi robusta dari Vietnam sekira 1.700 ton.

Baca Juga

“Untuk itu, kita harus bijak. Import ini harus kita setop dengan segala konsekuensinya. Dan kita akan terus berdayakan dan kembangkan kopi Lampung," kata Arinal Djunaidi di sela-sela pertemuan dengan eksportir, pengolah, dan petani kopi se-Provinsi Lampung di Bandar Lampung, Rabu (4/9).

Saat ini, ujar dia, produksi kopi di Lampung dapat dikalahkan Negara Vietnam. Sebelumnya, petani Vienam belajar tentang perkopian di Lampung sekarang produksinya melebihi petani di Lampung sebanyak tujuh ton per hektare.

“Saya akan mulai mengembangkan bibit kopi Lampung menjadi empat ton per hektare,” katanya. Bibit kopi tersebut, jelas dia, tidak harus ditanam di kawasan hutan, tetapi dapat ditanam dengan memanfaatkan lahan sendiri dengan penggunaan teknologi pertanian.

 

photo
Biji Kopi (Ilustrasi)

Arinal mengatakan, upaya untuk mensetop impor kopi robusta dari Vietnam ke depan karena Provinsi Lampung merupakan salah satu penghasil kopi robusta terbesar dan terluas di Indonesia. Ia mengajak seluruh pihak terkait mulai dari pemerintah daerah, pengusaha, dan stakeholder terkait untuk bersama-sama membangkitkan dan membangun perkebunan kopi di Lampung.

"Mari kita bersama-sama membangkitkan kopi Lampung, seperti melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani Lampung dalam meningkatkan produksi kopi dan meningkatkan perekonomian petani Lampung," jelasnya.

Mengenai kesejahteran petani kopi, pihaknya akan mengembangkan produksi kopi di kalangan petani mencapai empat ton per hektare (ha). Selama ini, produksi kopi di tingkat petani tidak mencapai satu ton per hektare.

Agar kopi di Lampung berjaya kembali, ia mengingatkan agar para petani kopi melakukan pemetikan biji kopi yang berwarna merah. Selama ini pemetikan biji kopi hijau sekitar 60 persen, biji merah 35 persen, dan sisanya biji kopi hitam.

Ke depan, para petani harus melakukan petik biji kopi merah, dan pengusaha juga harus mengambil kopi biji merah bukan yang hijau, hal ini mengingat harga kualitas kopi biji merah yang mencapai kisaran Rp 200.000 per kg. Sedangkan biji kopi hijau hanya berkisar Rp 19.000 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement