REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja yang makan banyak fast food atau makanan cepat saji lebih berpotensi mengalami depresi. Apalagi jika mereka menghindari konsumsi sayur dan buah. Tingginya sodium dalam fast food dihubungkan dengan sejumlah indikasi depresi.
Hal itu tercantum dalam laporan jurnal psikologi yang diterbitkan pada 23 Agustus lalu. Riset ini meneliti 76 anak usia SMP di Alabama, Amerika Serikat. Riset membandingkan laporan depresi dengan level potasium dan sodium dalam tubuh remaja. Pengukuran melalui tes urin selama satu setengah tahun.
Para peneliti menemukan remaja dengan level sodium tinggi dan level potasium rendah lebih mungkin punya indikasi depresi. Peneliti juga mendapati sodium mempengaruhi mood remaja dalam periode waktu tertentu. Peneliti menyarankan konsumsi buah dan sayur dapat membantu mencegah indikasi depresi.
"Para peneliti awalnya mengambil sampel urin untuk mengetahui hormon stress. Tapi tes ini juga membuktikan pengaruh sodium dan potasium bagi remaja," kata Pimpinan riset, Sylvie Mrug seperti dilansir dari the Insider, Rabu (4/9).
Peneliti dari Columbia University, Drew Ramsey mengatakan penelitian ini menambah bukti bahwa makanan bisa mempengaruhi kesehatan mental. Selama ini pengaruh pola makan yang buruk memang diasosiasikan dengan kesehatan mental, meski belum diketahui bagaimana cara kerjanya.
"Penelitian ini mengkonfirmasi apa yang sudah kits tahu yaitu makanan cepat saji lebih buruk buat kesehatan mental dan otak," ujarnya.
Ia menyoroti remaja perempuan lebih rentan terhadap efek fast food bagi kesehatan mentalnya. Koneksi antara sodium dan potasium pada depresi lebih kuat bagi remaja perempuan dibanding remaja pria. "Masuk akal karena kita tahu pada usia 13-15 tahun, perempuan mulai mengalami indikasi depresi dibanding pria," ujarnya.
Sementara itu, Mrug menyatakan remaja lebih rentan daripada dewasa atas efek samping fast food. Sebab, otak remaja tengah dalam perkembangan.
"Riset seperti ini sungguh mencerahkan, karena memberi tahu kita bahwa ada ancaman kesehatan mental dalam makanan," ucapnya Mrug. Ke depannya, Mrug menjanjikan riset akan dilakukan pada lebih banyak orang.